Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Nilai tukar mata uang euro semakin tersudut. Setelah peringkat surat utang Yunani melorot dari A- menjadi BBB+, kini giliran prospek kredit Spanyol terperosok dari stabil menuju negatif. Alhasil, euro belum bisa bangkit dalam jangka pendek.
Kemarin (10/12), Standard & Poor's Ratings Services menurunkan peringkat prospek Spanyol dari stabil menjadi negatif, sekaligus mempertegas peringkat utang jangka panjang 'AA+' dan jangka pendek 'A-1+' negara tersebut.
Buntutnya, nilai tukar euro terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk atas rupiah, cenderung melemah. Sampai pukul 18.30 WIB, di pasar spot rupiah menguat 0,19% menjadi Rp 13.910 per euro. Bahkan, dalam sepekan terakhir ini euro terkoreksi 1,94% terhadap mata uang rupiah.
Kepala Treasuri Bank BCA Branko Windoe mengatakan, menurunnya peringkat utang negara-negara Uni Eropa memang berdampak besar terhadap euro. Misalnya, melawan dollar Amerika Serikat (AS). Dia meramal, sampai akhir tahun ini euro akan tertekan menuju US$ 1,45 per euro.
Pelemahan euro tak lepas dari kondisi fundamental negara-negara Uni Eropa yang masih labil. Jumlah utang negara Eropa terhadap GDP (produk domestik bruto) cukup tinggi. "Selain Yunani dan Spanyol, negara lainnya akan jadi perhatian lebih lanjut," kata Branko.
Dengan lemasnya euro, lanjut dia, investor dalam jangka pendek akan melirik dollar AS. Membaiknya data-data ekonomi AS saat ini ikut menopang laju The Greenback. "Ada harapan suku bunga The Fed pada 2010 akan naik. Jadi, pelemahan euro memberikan keuntungan terhadap dollar AS," ujar Branko.
Hanya saja, Kepala Riset Capital Price, Roy Sembel, bilang, melemahnya euro tidak memberikan pengaruh signifikan bagi rupiah. Sejatinya, laju rupiah lebih banyak dipengaruhi sentimen dollar AS.
Buktinya, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, kemarin, rupiah ditutup menguat 0,37% menjadi Rp 9.435 per dollar AS. Roy memperkirakan, sampai akhir tahun ini rupiah masih akan naik-turun di kisaran Rp 9.400-9.500 per dollar AS.
Sedangkan hingga akhir tahun ini, Roy meramal, euro akan tertekan di kisaran 2%-3% terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah. "Tapi, efek rating ini hanya berlangsung sementara," katanya. Apalagi, pergerakan mata uang tidak hanya dilihat dari satu faktor saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News