kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street Menguat Karena Meningkatnya Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed


Senin, 06 Mei 2024 / 21:17 WIB
Wall Street Menguat Karena Meningkatnya Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed
ILUSTRASI. Indeks saham utama Wall Street kompak menguat pada awal perdagangan hari Senin.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham utama Wall Street kompak menguat pada hari Senin. Ekspektasi penurunan suku bunga tahun ini oleh Federal Reserve semakin kuat menyusul data gaji yang lemah minggu lalu.

Senin (6/5) pukul 21.10 WIB, Dow Jones Industrial Average menguat 0,34% ke 38.808. Indeks S&P 500 menguat 0,59% ke 5.157. Sedangkan Nasdaq Composite naik 0,57% ke 16.248.

Indeks acuan S&P 500 dan blue-chip Dow ditutup pada level tertinggi dalam tiga minggu pada hari Jumat setelah data menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS) melambat lebih dari perkiraan pada bulan April. Data ekonomi yang lemah ini menghilangkan tekanan dari bank sentral AS untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.

Para pedagang saat ini memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 48 basis poin dari The Fed pada akhir tahun 2024. Penurunan pertama suku bunga diperkirakan terjadi pada bulan September atau November, menurut aplikasi probabilitas suku bunga LSEG. Dalam beberapa minggu terakhir, para pelaku pasar hanya memperkirakan satu pemotongan karena tanda-tanda inflasi yang tinggi.

“Ini adalah tarik-menarik antara apa yang Anda lihat terjadi di pasar suku bunga dan penyesuaian harga inflasi dan kebijakan Fed versus apa yang Anda lihat di sisi pendapatan,” kata Garrett Melson, ahli strategi portofolio di Natixis Investment Managers Solutions kepada Reuters.

Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.135 Senin (6/5), Net Sell Asing Tembus Rp 1,18 Triliun

Indeks saham AS tampaknya mulai stabil setelah bulan April yang sulit. Musim laporan laba kuartal pertama yang jauh lebih baik dari perkiraan dan harapan pelonggaran kebijakan moneter AS menarik pembeli kembali ke pasar saham.

The Fed membiarkan suku bunganya tidak berubah pada pekan lalu dan memberi isyarat akan cenderung pada pengurangan suku bunga. Tetapi bos The Fed mengulangi pernyataan bahwa mereka ingin mendapatkan "keyakinan yang lebih besar" bahwa inflasi akan terus turun sebelum menurunkan suku bunga.

Presiden Fed Richmond Thomas Barkin dan Presiden Fed New York John Williams dijadwalkan untuk berbicara hari ini, mengawali pidato dari sejumlah pembuat kebijakan bank sentral AS minggu ini. Rilis data penting minggu ini mencakup klaim pengangguran mingguan dan data sentimen konsumen AS untuk bulan Mei.

Dengan musim laporan keuangan yang sedang berjalan lancar, investor juga akan mengawasi angka-angka triwulanan dari perusahaan-perusahaan besar termasuk Walt Disney, Uber dan Arm Holdings pada minggu ini.

Dari 397 perusahaan di S&P 500 yang telah melaporkan pendapatan hingga Jumat, 76,8% mengalahkan perkiraan laba analis, dibandingkan dengan rata-rata jangka panjang sebesar 66,7%, menurut data LSEG.

Baca Juga: Hari Ini Bergerak Tipis, IHSG Masih Fluktuatif Pada Selasa (7/5)

Sembilan dari 11 sektor S&P 500 diperdagangkan di zona hijau. Sektor energi memimpin kenaikan 1,2%, karena harga minyak mentah yang lebih tinggi.

Harga saham Paramount Global bertambah 4,2% setelah perusahaan media tersebut mengakhiri negosiasi eksklusifnya dengan Skydance Media tanpa kesepakatan, sehingga memungkinkan komite khusus untuk menerima tawaran lain dari penawar saingan.

Harga saham Perficient melonjak 52,8% setelah perusahaan private equity Swedia EQT AB mengatakan akan menjadikan perusahaan konsultan digital ini sebagai perusahaan private dalam kesepakatan tunai senilai sekitar US$ 3 miliar.

Harga saham Spirit Airlines merosot 8,7% setelah maskapai penerbangan AS tersebut memperkirakan pendapatan kuartal kedua di bawah perkiraan Wall Street. Lambannya pemulihan dalam permintaan domestik dan larangan terbang puluhan pesawat menjadi alasan prediksi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×