kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street jatuh, Dow Jones terendah tiga pekan


Kamis, 16 November 2017 / 06:15 WIB
Wall Street jatuh, Dow Jones terendah tiga pekan


Sumber: CNBC | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Rabu (15/11) waktu setempat. Penurunan harga minyak dan ketidakpastian reformasi pajak di AS melemahkan sentimen di Wall Street.

Mengutip CNBC, Dow Jones Industrial Average berakhir turun 138,19 poin atau 0,59% menjadi 23.271,28. Ini penutupan terendah dalam tiga pekan terakhir. Koreksi saham Caterpillar paling menggerus indeks.

Indeks S&P 500 juga melemah 14,25 poin atau 0,55% ke level 2.564,62. Pemicu utama, saham sektor energi yang tumbang 1,2% menyusul penurunan harga minyak. Adapun, harga minyak tertekan setelah Badan Energi Internasional (EIA) memangkas prospek pertumbuhan permintaan minyak sebesar 100.000 barel per hari untuk 2017 dan 2018.

Selain itu, indeks Nasdaq ditutup melorot 31,65 poin atau 0,47% ke 6.706,21. Koreksi indeks terutama disebabkan saham Apple, Netflix dan Alphabet. Sejatinya, saham teknologi sangat kinclong tahun ini, bahkan membantu mengangkat Nasdaq sebesar 24%.

Sentimen bullish di pasar juga semakin melemah, karena pasar mengkhawatirkan keberlanjutan rencana reformasi pajak. Rabu, Senator Republik Ron Johnson menyatakan menentang proposal pajak yang disusun Senat. Sedangkan, DPR akan mengambil suara terkait nota pajak pada Kamis.

"Jika DPR menolak, itu bisa mempercepat kemunduran ini," kata John Serrapere, Direktur riset Arrow Funds, seperti dilansir CNBC, Kamis. Indeks Volatilitas CBOE (VOC), yang mengukur kekhawatiran pasar, naik mencapai level 14,34. Ini yang tertinggi sejak 29 Agustus lalu.

Sementara, data ekonomi menunjukkan, indeks harga konsumen bulan Oktober naik tipis 0,1%, sesuai dengan ekspektasi. Kepala investasi Franklin Templeton's Fixed Income Group, Chris Molumphy menilai, tekanan di pasar bukan dipicu data inflasi, melainkan pasar saham yang lemah dan pertanyaan seputar reformasi pajak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×