kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Untung dari pengelolaan pasif


Selasa, 13 Februari 2018 / 11:28 WIB
Untung dari pengelolaan pasif
ILUSTRASI. Peresmian Reksadana Indeks Terbaru Milik BNI AM


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para manajer investasi makin getol mengeluarkan produk reksadana yang dikelola secara pasif, seperti reksadana indeks. Hal tersebut juga dilakukan PT BNI Asset Management, yang baru-baru ini meluncurkan reksadana indeks bertajuk BNI-AM Indeks IDX30 (BNI30).

Putut E. Andanawarih, Direktur BNI Asset Management, mengatakan, strategi dan tujuan dari reksadana BNI30 ini adalah mereplikasi kinerja indeks IDX30, yang terdiri dari 30 emiten dengan nilai kapitalisasi terbesar dan terlikuid di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Reksadana indeks ini dapat menjadi alternatif pilihan bagi investor yang menginginkan strategi investasi pasif. Apalagi, selama tiga tahun terakhir, sebagian besar reksadana yang dikelola aktif kesulitan mengalahkan indeks yang jadi acuan.

BNI AM memilih menggunakan IDX30 sebagai acuan karena pergerakan indeks tersebut bisa memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, secara historis kinerja IDX30 lebih unggul dari indeks lainnya.

Putut juga menyadari tren investasi investor di tahun ini condong memilih reksadana pasif ketimbang aktif. Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu di luar negeri. "Demikian juga di Indonesia, jadi tidak ada salahnya BNI mengeluarkan reksadana indeks," kata dia, belum lama ini.

Dalam mengelola reksadana BNI30, manajer investasi memilih saham berdasarkan kapitalisasi dan likuiditasnya di pasar. Selain itu, Putut juga melihat fundamental emiten, berdasarkan pertumbuhan laba bersih perusahaan tiga tahun ke belakang, serta visi misinya.

Per 23 Januari 2018 reksadana BNI30 memiliki dana kelolaan sebesar Rp 782 miliar. Di periode ini, BNI AM berhasil menjaga tracking error di level 0,09%.

Berdasarkan data Infovesta Utama, per 2 Februari 2018, reksadana ini menorehkan kinerja 2,55% dalam periode satu bulan. Di periode yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak kenaikan 4,57%.

Kebijakan investasi di produk ini adalah menaruh minimal 90% dan maksimal 100% di efek ekuitas. Sementara instrumen pasar uang ditetapkan sebesar 0% dan maksimal 20%.

Alhasil, reksadana ini cocok bagi investor yang memiliki horizon investasi jangka menengah hingga panjang. Dari sisi profil risiko, reksadana ini cocok buat investor moderat dan agresif.

Bagi Anda yang tertarik berinvestasi di reksadana ini, BNI AM menetapkan minimum modal awal sebesar Rp 100.000. Reksadana ini bisa diperoleh di berbagai agen penjual, di antaranya Bank BNI, IPOT, Bareksa, dan Philip POEMS Profunds.

Sementara itu, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, reksadana yang mengacu pada IDX30 cenderung mencetak kinerja positif. Sebab, secara historis dalam lima tahun ke belakang, kinerja IDX30 selalu di atas IHSG.

Kini yang jadi tantangan adalah bagaimana manajer investasi dapat menjaga tracking error untuk tetap rendah. "Sepanjang MI bisa menjaga tracking error yang disamakan dengan indeks acuannya, ini sudah bagus," jelas Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×