kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

Tuah siklus tahunan January Effect


Selasa, 03 Januari 2017 / 11:34 WIB
Tuah siklus tahunan January Effect


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Siapkan kocek Anda untuk memilih saham-saham paling menarik pada perdagangan perdana 2017. Meski return bulan Januari mengerdil dalam dua tahun terakhir, January effect kemungkinan masih terasa. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan bulan Januari tertinggi tahun 2014 dalam lima tahun terakhir. Return IHSG pada Januari dua tahun terakhir justru kempis.

January effect pun tak lagi terasa di pasar saham Amerika Serikat (AS) dalam tiga tahun terakhir. Sejak 2014, Dow Jones Industrial Average (DJIA) justru merosot pada bulan Januari.

Analis Avere Investama Teguh Hidayat menilai, kemungkinan January effect masih terasa di IHSG, jika didasarkan pada hasil statistik. Teguh menggarisbawahi beberapa hal yang bisa mendongkrak indeks saham.

Pertama, optimisme investor dalam menyambut tahun baru. Biasanya investor akan cenderung bersemangat bila IHSG tahun sebelumnya menguat. Maka dari itu, Januari 2016 investor sempat ragu, karena IHSG melemah di 2015. Teguh melihat, investor akan bersemangat tahun ini, karena IHSG naik 15,32% tahun lalu.

Kedua, emiten dan valuasi saham. Beberapa saham bluechip naik menjelang tutup tahun. Tapi banyak saham second liner yang masih murah, meski harganya sudah naik. "Beberapa sektor saham yang sebelumnya mati suri juga bangkit, seperti batubara dan konstruksi. Di 2016 minim pemberitaan infrastruktur karena politik yang belum stabil," kata Teguh kepada KONTAN, Senin (2/1).

Reza Priyambada, Analis Senior Binaartha Parama Sekuritas, mengatakan, January effect akan terjadi karena para pemodal melakukan rebalancing portofolio. Meski demikian, Reza memprediksi kemungkinan January effect tahun ini tidak akan terlalu besar. "Pasar akan lebih mencermati kondisi global, apalagi jika rupiah mengalami tekanan, pasar akan kekurangan dorongan dari sentimen dalam negeri," kata dia.

Reza melihat, biasanya penguatan terjadi sejak akhir November, diawali dengan windows dressing dan dilanjutkan January effect. Tapi saat ini pasar saham lebih dikendalikan pergerakan nilai tukar. Selain itu, investor masih menunggu arah kebijakan presiden baru AS. 

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo bilang, January effect bisa saja terjadi dengan harapan pertumbuhan ekonomi dan saham-saham batubara, konstruksi dan properti meningkat. Tapi, investor harus berhati-hati, terutama menghadapi kenaikan bunga The Fed.

Investor juga perlu melihat beberapa aturan bursa yang mulai aktif di awal tahun, seperti autorejection. Satrio juga melihat, dengan penutupan di 5.300, IHSG rawan tekanan. "Setidaknya tren IHSG sudah bukan merupakan tren turun," kata dia.

Satrio memprediksi, IHSG akan bergerak pada support 5.295 dengan resistance 5.335. Reza memprediksi support IHSG bulan ini di 4.985–5.145 dan resistance 5.340–5.387.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×