kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren harga minyak masih bullish


Jumat, 16 Maret 2018 / 06:35 WIB
Tren harga minyak masih bullish
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah bergerak mendatar. Pelaku pasar mencemaskan peningkatan produksi minyak Amerika Serikat (AS).

Kamis (15/3), harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2018 di bursa Nymex naik tipis 0,38% ke US$ 61,19 per barel. Sepekan terakhir, harga minyak naik 1,78%. "Harga cenderung flat karena tarik-menarik sentimen," ujar analis Global Kapital Investama Berjangka, Nizar Hilmy, kepada Kontan.co.id, kemarin.

Energy Information & Administration (EIA) AS melaporkan, persediaan minyak mentah mingguan di pekan yang berakhir 9 Maret naik lebih tinggi dari ekspektasi, menjadi 5,02 juta barel. Tapi persediaan bensin justru turun lebih dalam daripada estimasi. Semula, stok bensin diperkirakan hanya turun 1,2 juta barel, tetapi nyatanya turun hingga 6,3 juta barel.

Tarik-menarik sentimen juga terjadi karena adanya laporan bulanan Organisasi Negara-Negara Penghasil Minyak (OPEC). Di satu sisi, produksi minyak negara non-OPEC pada 2018 diprediksi naik 1,66 juta barel per hari, menjadi sentimen negatif.

Tapi selama permintaan di periode tersebut juga diperkirakan naik. "OPEC memperkirakan pemintaan 2018 tumbuh 1,60 juta barel per hari, sehingga menopang harga," papar Nizar.

Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, penguatan harga minyak mentah tertahan karena pelaku pasar masih mencemaskan lonjakan produksi minyak AS. EIA memperkirakan produksi negeri Paman Sam pada 2023 mencapai 17 juta barel per hari. "Harga masih rentan dan cenderung turun," papar dia.

Meski OPEC dan EIA sudah memperkirakan adanya peningkatan permintaan, Deddy melihat kenaikan produksi AS masih tetap membayangi harga minyak.

Jangka panjang

Dalam jangka panjang, harga minyak diprediksi akan tetap menanjak. Lembaga internasional pun bertaruh harga minyak mampu menyentuh level US$ 65 per barel.

Goldman Sachs melihat efek pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya akan tampak di kuartal tiga 2018. Apalagi, persediaan minyak mentah global diyakini akan terus menyusut seiring permintaan di tahun ini yang diperkirakan mencapai 1,85 juta barel per hari. "Persediaan global akan turun lebih rendah di bawah rata-rata lima tahun pada kuartal ketiga," ujar Goldman Sachs, seperti dikutip Reuters.

Sinyal positif juga ditunjukkan Moody's Investors Service. Lembaga pemeringkat ini mengerek proyeksi harga minyak mentah 2018 dari semula sebesar US$ 40US$ 60 per barel menjadi US$ 45US$ 65 per barel. Penurunan produksi OPEC yang terus berlanjut dan pertumbuhan permintaan global yang kuat dianggap mampu mendorong penguatan harga.

Dalam jangka pendek, Deddy melihat harga minyak sulit mencapai level US$ 65 per barel. Harga minyak mungkin bisa menembus harga US$ 65 per barel pada akhir kuartal dua 2018. "Sebenarnya harga stabil di atas level US$ 60 per barel sudah cukup adil untuk AS serta OPEC dan sekutunya," tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×