kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

TINS Telah Siapkan Dana Untuk Bayar Surat Utang Jatuh Tempo Sebesar Rp 600 miliar


Kamis, 18 Juni 2020 / 07:13 WIB
TINS Telah Siapkan Dana Untuk Bayar Surat Utang Jatuh Tempo Sebesar Rp 600 miliar


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) sudah menyiapkan skema pembayaran utang obligasi dan sukuk dengan nilai Rp 600 miliar. Surat utang tersebut jatuh tempo pada September 2020.

Direktur Keuangan TINS Wibisono meyakinkan pihaknya mampu membayar utang obligasi dan sukuk yang masuk dalam kewajiban jangka pendek saat jatuh tempo nanti. "Skemanya sudah ada, dari kas internal dan restitusi PPN tahun ini sekitar Rp 1,5 triliun, sampai Mei lalu sudah dapat Rp 600 miliar," kata dia dalam pertemuan dengan wartawan, Rabu (17/6).

Baca Juga: PT Timah Tbk jual 51% saham anak usahanya, bulan ini rampung!

Kata dia, kas internal saat TINS saat ini cukup kuat karena ada beberapa hal yang diubah. Misalnya, TINS memangkas anggaran belanja modal dari Rp 2,5 triliun menjadi Rp 1,5 triliun tahun ini. Sementara untuk anggaran operasional dipotong 30%.

Belum lagi, TINS bisa menyimpan dana anggaran buyback yang tidak direalisasikan, karena saat ini harga saham TINS sudah naik dibandingkan saat Maret 2020. Saat itu TINS menganggarkan dana Rp 100 miliar untuk melakukan buyback.

Wibisono menyatakan, pembatalan buyback ini berkaitan dengan penyebaran virus Covid-19, di mana TINS lebih berfokus pada kondisi arus kas (cash flow) untuk bisa bertahan dan mengembangkan bisnisnya.

"Sampai pada batas akhir periode pelaksanaan buyback saham yang jatuh pada 16 Juni 2020, TINS memutuskan untuk tidak melaksanakan pembelian kembali saham perseroan," kata Wibisono.

Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar Baswedan menambahkan, pihaknya optimistis kinerja membaik lantaran harga timah merangkak naik menjadi sekitar US$ 16.900 per ton. Diharapkan harga timah bisa mencapai US$ 17.000 per ton-US$ 18.000 per ton.

Asal tahu saja, selama 2019 lalu, harga rerata logam timah dunia di London Metal Exchange (LME) terkoreksi menjadi U$ 18.569 per metrik ton. "Kalau harga jual rata-rata di US$ 17.000 per ton, kinerja bisa baik, Mei sudah bagus, Juni kalau harga bertahan US$ 17.000 bisa makin bagus," ungkap Abdullah.

Kinerja TINS di 2019 lalu memang cenderung lesu. Meski mencetak kenaikan pendapatan sebanyak 75,45% (yoy) menjadi Rp 19,3 triliun, emiten pelat merah ini harus mengalami kerugian bersih mencapai Rp 611,28 miliar.

Wibisono mengatakan pihaknya tahun ini akan menjual sekitar 55.000 ton timah untuk menjaga harga di pasar dunia. "Kalau kami jual terlalu banyak juga bisa membanjiri pasar dan harga nanti turun," ungkap dia.

Baca Juga: Rekap buyback saham: ANTM dan TINS batal, PTBA Rp 12,5 miliar

Wibisono menilai, harga timah memang selama ini masih dikontrol oleh LME. Padahal produksi timah ada di Indonesia, China dan Afrika. "Kami berpikir akan membuat patokan harga sendiri, sebab market share TINS itu 20% di dunia untuk perdagangan timah," imbuh dia.

Saat ini pergerakan harga saham TINS sudah mulai menunjukkan perbaikan. Dalam sepekan perdagangan, saham TINS menguat 9,32% dan ditutup di Rp 645. Saham TINS menguat 37,23% dalam sebulan dan 7,50% dalam periode tiga bulan perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×