kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sudah naik tajam, saham tambang masih layak koleksi?


Kamis, 01 Februari 2018 / 20:47 WIB
Sudah naik tajam, saham tambang masih layak koleksi?


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reli emiten pertambangan sejak awal tahun menyita perhatian. Hal ini, membuat level sejumlah sahamĀ  komoditas tambang meningkat tajam. Kenaikan yang terjadi, turut mengerek valuasi saham. Apakah saat ini saham sudah cukup mahal?

Nico Omer Jonckheere, Vice President Research and Analyst Valbury Sekuritas Indonesia menyatakan, saat ini, waktu yang tepat untuk menjual. Pasalnya, banyak emiten yang sudah naik tinggi.

Dia mencontohkan saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang sudah naik 15 kali. "Koreksi yang wajar saja, setelah naik signifikan," ungkap Nico kepada Kontan.co.id, di Jakarta, Kamis (1/1)

Dia berkaca dari kenaikan harga minyak. Saat ini, harga minyak memiliki level resistance di US$ 66 per barel. Level ini cukup kuat. Ada potensi koreksi dan kembali ke level support pada US$ 42,5 per barel. Hal ini bisa mempengaruhi harga komoditas dan mempengaruhi saham emiten tambang. "Jadi hati-hati," lanjutnya.

Menurut Nico, akan ada koreksi dalam beberapa minggu ke depan. Kesempatan koreksi tersebut juga bisa menjadi momentum untuk mulai membeli saham. Ke depan, dia memprediksi ada potensi nilai tukar dollar AS akan anjlok dan bisa menguntungkan harga komoditas. "Karena ini baru wave 1, masih ada 2, 3, 4, dan 5 ini masih jauh sekali masih sekitar 3-5 tahun," paparnya.

Saham komoditas tambang batubara yang menarik dicermati diantaranya seperti ITMG, ADRO dan spekulatif untuk BUMI.

William Mamudi, analis Kresna Securities menyatakan, bullish yang terjadi pada saham pertambangan sudah nampak sejak 2016. Tahun ini, saham sektor pertambangan masih berpotensi sebagai penggerak indeks. "Semester 1-2018, masih cenderung positif," imbuhnya.

Tahun lalu, saham perbankan menjadi pemberat indeks. Saat ini, komposisi pemberat tersebut akan terjadi balancing. Dia menilai, ada kecenderungan market akan beralih dari perbankan. "Bisa jadi ke saham yang lebih spekulatif seperti komoditas," ungkapnya.

Menurut William, valuasi sektor pertambangan tersebut belum tinggi. Sebab, momentumnya masih bisa melanjutkan kenaikan. Siklus pertumbuhan saham emiten tambang cenderung cukup panjang, bisa lebih dari lima tahun.

Dia menambahkan, semua saham batubara menarik untuk dicermati. Namun, ada beberapa saham yang menarik untuk diperhatikan, terutama dari LQ45. Diantaranya PTBA, ADRO, dan UNTR. "UNTR untuk menunjang kegiatan pertambangan," imbuhnya.

Rovandi, Senior Analis Teknikal Trimegah Securities menilai, dalam jangka panjang, sektor batubara masih bullish. Dalam setahun harga sektor ini bisa bertumbuh. Saat ini saham-sahamnya naik 25%, saham indeks batubara atau mining sudah berada di area jenuh beli. "Ada ancaman profit taking," ungkapnya.

Secara sektoral, dia masih merekomendasikan beli saham sektor batubara. Menurutnya, PTBA masih berpotensi menguat, UNTR juga dipertimbangkan karena menunjang kegiatan pertambangan. Namun, dia agak khawatir terhadap emiten BUMI. "Untuk beberapa saham saya lihat sudah overvalued," imbuh William.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×