kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentimen positif untuk TBLA


Rabu, 25 November 2015 / 23:05 WIB
Sentimen positif untuk TBLA


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Sama seperti emiten sawit lain, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) masih tertekan oleh rendahnya harga jual crude palm oil (CPO).

Rendahnya harga jual membuat pendapatan TBLA kuartal III-2015 lalu urun 10,69% dari Rp 4,49 triliun ke posisi Rp 4,01 triliun.

Sementara, labanya tercatat Rp 151,27 miliar. Angka tersebut merosot 53,49% dari Rp 325,25 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.

Kinerja boleh saja turun lantaran komoditas CPO.

Tapi, TBLA juga sedang mempersiapkan diversifikasi bisnis guna menetralisir tekanan tersebut.

Caranya, dengan menggenjot produksi gula.

Analis MNC Securities Yosua Zisokhi menjelaskan kepada KONTAN, keputusan TBLA untuk memperbanyak produksi gula dari tebu merupakan hal yang positif.

Pasalnya, ada beberapa keunggulan yang dimiliki gula ketimbang sawit.

Pertama, rentang waktu panennya yang lebih singkat.

Tanaman tebu mulaui dari bibit hingga dapat menghasilkan tidak memmerlukan waktu yang lama, kurang dari empat tahun.

Sementara, sawit, jarang tanaman sawit yang sudah tua ditebang untuk diganti dengan tanaman baru.

Masalahnya, semakin tua, maka produksi tandan buah segar (TBS) dari pohon tersebut semakin menurun.

"Kalau ditebang lalu ditanam pohon sawit baru, butuh waktu sekitar empat tahun hingga menghasilkan. Artinya, jika ditebang, mereka akan kehilangan potensi pendapatan selama empat tahun," jelas Josua, (25/11).

Jika tidak menginginkan hal ini terjadi, maka komoditas lain yang lebih cepat menghasilkan perlu ditanam, salah satunya tebu.

Sejauh ini, kontribusi pendapatan gula memang masih kecil, tepatnya sekitar Rp 469,44 miliar, atau setara 12% dari total pendapatan konsolidasi TBLA.

Tapi untuk jangka panjang, kontribusinya bisa bertambah.

Pasalnya, TBLA sedang mengerjakan pabrik pengolahan gula senilai US$ 100 juta.

Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 1,2 juta ton per tahun dan ditargetkan dapat mulai beroperasi pada Desember 2016.

"Jika pabrik ini beroperasi, kontribusinya nanti bisa lebih besar, 30% hingga 40%," tandas Yosua.

Kebetulan, harga gula saat ini sedang dalam tren naik. Ini merupakan imbas pembatasan impor gula yang diberlakukan pemerintah.

Impor dibatasi, suplai gura menurun, permintaan tinggi, alhasil harga gula terkerek naik.

Tentunya ini merupakan sentimen positif bagi TBLA.

Sampai kapan kondisi ini berlanjut, ya, selama pemerintah selalu mencanangkan program swasembada komditas, salah satunya gula.

"Kalau pun turun, sejelek-jeleknya gula enggak sejelek CPO," imbuh Josua.

Yosua memberikan rekomendasi netral saham TBLA. Terkait target harga, masih dalam perhitungan.

Karena ada pertimbangan juga terkait saham TBLA yang kurang likuid dibanding pemain lain.

"Takutnya, nanti bisa masuk tapi enggak bisa keluar," pungkas Yosua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×