kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   14.000   0,80%
  • USD/IDR 16.530   -100,00   -0,61%
  • IDX 6.312   88,27   1,42%
  • KOMPAS100 903   6,88   0,77%
  • LQ45 712   2,66   0,38%
  • ISSI 198   3,50   1,80%
  • IDX30 373   2,21   0,60%
  • IDXHIDIV20 448   3,53   0,79%
  • IDX80 103   0,27   0,27%
  • IDXV30 108   0,52   0,49%
  • IDXQ30 122   0,86   0,71%

Sektor konsumer tetap tahan banting


Jumat, 20 November 2015 / 06:42 WIB
Sektor konsumer tetap tahan banting


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah meluncur 13,55% sejak awal tahun. Seluruh sektor dalam jajaran indeks kompak merah. Meski begitu, dari sisi "kebakaran", sektor konsumer terlihat paling kecil, dengan penurunan cuma 6,02%.

Di belakang sektor konsumer, sektor perdagangan, jasa, dan investasi turun 6,8% dan sektor keuangan menurun 8,14%.

Analis First Asia Capital David Sutyanto mengungkapkan, sektor konsumer didukung sifatnya yang defensif. Apalagi tingkat konsumsi masyarakat tidak turun terlalu banyak. "Konsumer menjadi sektor pilihan di tahun depan," kata David.

Analis LBP Enterprise Lucky Bayu menilai, fundamental sektor konsumer terlihat cukup bagus. Ia menyebutkan, masyarakat perlu menyadari kenapa Bank Indonesia (BI) tidak menurunkan suku bunga acuan alias BI rate. Padahal suku bunga acuan Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia.

Menurutnya, itu merupakan indikasi, BI masih percaya diri dengan daya beli masyarakat yang mampu bertahan. Kemudian sektor perdagangan, jasa dan investasi, menduduki posisi penurunan terendah nomor dua, menurut Lucky karena perilaku ekonomi Indonesia mulai berubah.

Tadinya, Indonesia menganut perilaku ekonomi berbasis komoditas. Kini, perilaku ekonomi menyasar produk barang dan jasa. Inilah yang menyebabkan sektor perdagangan, jasa, dan investasi masih moncer.

Walaupun sektor perbankan menduduki posisi ketiga dalam penurunan terendah, Lucky menyarankan pemodal menghindari saham-saham sektor ini. Banyak risiko yang dihadapi, seperti kenaikan suku bunga The Fed.

Sedangkan David menilai, saham perbankan terkena aksi profit taking para pemodal asing. Lalu sektor infrastruktur dan konstruksi yang semula digadang-gadang akan moncer justru terlihat biasa saja. Sejak awal tahun, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi anjlok 19,66%.

Kemudian sektor properti, real estate, dan konstruksi turun 8,83%. Lucky melihat, sektor konstruksi mencatatkan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross di 4,9%. Ini sektor dengan NPL tertinggi di Indonesia.

Ia menilai, banyak orang terpukau dengan rencana pemerintah yang ingin mendorong sektor konstruksi. Namun, Lucky dan David sepakat, pembangunan berjalan lebih lambat ketimbang harapan.

Dari beberapa sektor pilihan, David menjagokan saham INDF, ICBP, KLBF dan UNVR. Lucky merekomendasikan INDF, ICBP, UNVR, MPPA, RALS dan MAPI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×