kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Segmen otomotif dan agribisnis tertekan, laba Astra International turun 1,92%


Selasa, 24 April 2018 / 20:49 WIB
Segmen otomotif dan agribisnis tertekan, laba Astra International turun 1,92%
ILUSTRASI. PT Astra International Tbk


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan kinerja kuartal I-2018 hari Selasa (24/4). Pendapatan ASII selama tiga bulan tahun 2018 naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Namun, perusahaan membukukan laba bersih yang lebih kecil daripada kuartal I-2017.

Mengutip laporan keuangan perusahaan, pendapatan bersih ASII tercatat sebesar Rp 55,82 triliun, naik 14,43% dibandingkan pendapatan bersih kuartal I-2017 yang sebesar Rp 48,78 triliun. Meski demikian, laba bersih perusahaan mengalami penurunan. Laba bersih ASII kuartal I-2018 tercatat sebesar Rp 4,98 triliun, turun 1,92% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dalam siara pers yang diunggah perusahaan, Selasa (24/4), Presiden Direktur ASII, Prijono Sugiarto mengungkapkan, kenaikan pendapatan bersih perusahaan lebih banyak ditopang oleh segmen bisnis bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi. Sementara, beberapa segmen bisnis lain mengalami penurunan kinerja, terutama agribisnis dan otomotif. "Penurunan kinerja ini lebih tinggi dibandingkan peningkatan kinerja segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi," ungkap Projono dalam keterangan resmi.

Segmen bisnis otomotif ASII mengalami penurunan kinerja 8% dengan torehan pendapatan sebesar Rp 2,1 triliun, terutama disebabkan oleh meningkatnya kompetisi di pasar mobil. Memang, penjualan mobil secara nasional meningkat 3% menjadi 292.000 unit. Namun, kompetisi yang kian ketat membuat pangsa pasar otomotif ASII tergerus dari 57% menjadi 49%. Sepanjang kuartal I-2018, penjualan mobil ASII turun 12% menjadi 142.000 unit.

Dari jasa keuangan pun demikian, juga mengalami penurunan. Anak usaha ASII di bidang perbankan, PT Bank Permata Tbk, yang 44,6% sahamnya dimiliki ASII mencatatkan laba bersih Rp 164 miliar, turun 63,7% dibandingkan capaian laba bersih kuartal I-2017 yang sebesar Rp 453 miliar.

Sementara, dari segmen agribisnis dengan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), yang 79,7% sahamnya dimiliki ASII juga mencatatkan penurunan laba bersih. Laba bersih dari segmen agribisnis ini turun 55% dengan torehan Rp 283 miliar. Sepanjang kuartal I-2018, AALI membukukan laba bersih sebesar Rp 355 miliar, turun 55% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan kinerja ini dikatakan Prijono disebabkan karena menurunnya harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Harga rata-rata minyak kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 12% menjadi Rp7.855/kg, sementara penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya meningkat sebesar 17% menjadi 480.000 ton.

Dari segmen properti, ASII mencatatkan laba bersih Rp 6 miliar, turun 75% dibanding kuartal I-2017 yang mencapai Rp 42 miliar. Penurunan yang tajam ini disebabkan karena turunnya pengakuan laba dari proyek Anandamaya Residences dimana proyek tersebut telah memasuki tahapan akhir sehingga persentase penyelesaiannya lebih rendah.

Segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi meningkat signifikan. di kuartal I-2018, segmen bisnis ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,5 triliun. PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 69% menjadi Rp2,5 triliun.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi dan kontraktor penambangan serta kegiatan pertambangan, sebagai dampak dari peningkatan harga batu bara. Pada segmen usaha mesin konstruksi, volume penjualan alat berat Komatsu mengalami peningkatan sebesar 38% menjadi 1.171 unit, di mana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat.

PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan United Tractor di bidang kontraktor penambangan batu bara, mengalami peningkatan produksi batu bara sebesar 6% menjadi 26,5 juta ton dan kontrak pengupasan lapisan tanah meningkat sebesar 22% menjadi 207 juta bank cubic metres. Anak perusahaan United Tractor di bidang pertambangan juga melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 36% menjadi 2,6 juta ton. PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM), perusahaan coking coal yang 80,1% sahamnya dimiliki UT dan mulai beroperasi pada akhir tahun 2017, berhasil mencatatkan penjualan batu bara sebesar 111.000 ton.

Sementara, PT Acset Indonusa Tbk (Acset), perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki United Tractor, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 27% menjadi Rp39 miliar, diakibatkan oleh peningkatan pendapatan terutama dari proyek-proyek konstruksi infrastrukturnya.

Selain segmen alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi, segmen bisnis teknologi informasi ASII lewat PT Astra Graphia Tbk juga meningkat. Segmen teknologi informasi ASII mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar Rp 27 miliar, naik 4%. Di segmen ini ASII juga mencatatkan aksi korporasi di kuartal I-2018 lalu, yakni dengan investasi sebesar US$150 juta untuk kepemilikan saham minoritas di GO-JEK.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, ASII tergolong perusahaan yang besar dengan kontributor utama di sektor otomotif dan agribisnis. Dus, manakala dua segmen ini terkena tekanan, otomatis berdampak signifikan bagi kinerja ASII. Segmen agribisnis menurut Hans saat ini memang belum terlalu bagus. Sementara, segmen otomotif memang dilihat Hans cukup sengit persaingannya. Produk-produk baru dari kompetitor, baik kompetitor tradisional, seperti Mitsubishi dan Suzuki maupun pesaing baru seperti Wulling.

Meski peningkatan segmen alat berat, pertambangan dan energi cukup besar, Hans tidak melihat ke depan akan ada pergeseran segmen andalan ASII. Otomotif ia pandang masih akan menjadi segmen andalan dengan porsi yang masih 50%. "Bobot otomotif mungkin akan berkurang ke depan, namun segmen lain saya rasa tidak mungkin menggeser otomotif," kata Hans.

Untuk investor sendiri, Hans melihat saham ASII masih layak untuk dikoleksi, karena walaupun mengalami tekanan, ASII masih merupakan market leader. Ditambah lagi, ASII memiliki banyak segmen usaha yang memungkinkan ASII untuk menutup kekurangan di satu segmen dengan segmen lain. Untuk saham ASII, Hans merekomendasikan buy dengan target harga Rp 9.000 per saham.

Analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji mengungkapkan, penurunan kinerja ASII di kuartal pertama ini tergolong wajar. Pasalnya, penjualan otomotif lebih cenderung mengalami penurunan di kuartal pertama karena efek daya beli yang agak melemah di awal tahun. Belum lagi persaingan otomotif yang semakin ketat, memang pastinya bakal menekan ASII.

Di segmen agribisnis memang ekspor CPO sedang agak tertekan sehingga pastinya mempengaruhi kinerja AALI, yang merupakan anak usaha AASI. "Kuartal satu memang kondisi belum memungkinkan AASI untuk berakselarasi, tapi saya rasa prospek kinerjanya masih bagus ke depan," kata Nafan.

Berbeda dengan Hans, Nafan justru berpendapat investor sebaiknya bergerak hati-hati dalam membidik AASI. Menurutnya, investor bisa membeli sedikit demi sedikit saham ASII target harga jangka pendek di level Rp 7.475 per saham.

Pada Selasa (24/4), harga saham ASII senilai Rp 7.325 per saham turun 2,01% dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×