kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sawit Sumbermas incar pendapatan naik hingga 15% tahun 2019


Senin, 22 Oktober 2018 / 14:31 WIB
Sawit Sumbermas incar pendapatan naik hingga 15% tahun 2019
ILUSTRASI. RUPSLB PT Sawit Sumbermas Sarana di Jakarta


Reporter: Yoliawan H | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) terus berupaya untuk terus meningkatkan pendapatan mereka di tengah tren harga minyak sawit yang sedang menurun. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi.

Direktur Utama SSMS, Vallauthan Subraminam mengatakan, pihaknya menyiapkan dana hingga Rp 530 miliar guna melakukan ekspansi pabrik kelapa sawit. Targetnya kapasitas produksi akan meningkat 180.000 ton. Saat ini kapasitas produksi baru mendapai 300 ribu ton.

“Dengan ekspansi tersebut impact terhadap pendapatan tahun depan akan naik 10% hingga 15%,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Senin (22/10).

Kendati demikian, menurutnya pendapatan tahun ini diprediksi justru akan menurun sekitar 5% dari tahun sebelumnya. Itu dikarenakan memang tren harga minyak sawit yang melemah. Angka tersebut sudah tertolong adanya depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat karena sebagian besar mereka menjual minyak sawit dalam bentuk dollar.

Direktur Independen SSMS, Nicholas J. Wittle mengatakan kondisi pasar di tahun 2018 memang cukup menantang. Ke depan, pihaknya akan terus meningkatkan produksi karena memang dari sisi rata-rata umur tanaman masih cukup muda yakni sekitar 8,7 tahun hingga 9 tahun. Dan, belumnya mencapai di usia optimum yakni 13 tahun.

“Penjualan ekspor kami sekitar 58% dan sisanya domestik. Tahun ini memang ada penurunan sedikit di ekspor. Tapi pasar ekspor kami masih kuat ke India, Bangladesh dan Pakistan,” ujar Nicholas.

Sekadar informasi, hingga semester I 2018, penjualan perusahaan mencapai Rp 1,89 triliun atau tumbuh 21,99% dari tahun sebelumnya sebesar 1,55 triliun. Kendati demikian, laba perusahaan justru harus turun 11,08% menjadi Rp 324,79 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp 365,27 miliar.

Nicholas menjelaskan, adanya penurunan laba tersebut dikarenakan dengan adanya peningkatan beban keuangan sekitar Rp 100 miliar yang berasal dari biaya langsung seperti beban karyawan dan lain sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×