kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45918,55   -16,97   -1.81%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana pendapatan tetap turun di bulan Oktober


Rabu, 01 November 2017 / 21:54 WIB
Reksadana pendapatan tetap turun di bulan Oktober


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap menurun sepanjang Oktober lalu. Mengutip data Infovesta Fixed Income Fund Index, kinerja reksadana pendapatan tetap turun 0,81%. Padahal, di bulan sebelumnya, reksadana jenis pendapatan tetap mencatat kinerja positif sebesar 1,04%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan kinerja reksadana pendapatan tetap disebabkan kepemilikan asing yang berkurang di pasar Surat Berharga Negara (SBN), terutama di awal bulan Oktober.

Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), di pekan pertama Oktober, asing mencatat net sell sebesar Rp 11,49 triliun. Alhasil, pada saat yang sama kepemilikan asing di SBN turun dari Rp 819,37 triliun menjadi Rp 807,88 triliun.

Menurut Wawan, investor asing tersebut kembali melirik pasar Amerika Serikat (AS) mengingat ekspektasi kenaikan suku bunga acuan di negara tersebut sedang tinggi dan dollar AS dalam tren menanjak.

Plt CEO Sucorinvest, Jemmy Paul Wawointana menambahkan, penurunan nilai tukar rupiah turut membuat investor-investor asing keluar dari SBN sehingga merugikan kinerja reksadana pendapatan tetap. Asal tahu saja, tanggal 27 Oktober silam, rupiah sempat menyentuh level Rp 13.609 per dollar AS. “Ada pembalikan arah investor asing karena iklim investasi di AS sedang membaik,” kata Jemmy.

Meski begitu, penurunan kinerja reksadana pendapatan tetap di bulan kemarin dinilai masih dalam taraf yang wajar. Ini mengingat pada bulan-bulan sebelumnya reksadana tersebut terus mencatat kinerja positif. Apalagi, secara year to date indeks pendapatan tetap masih berada di level yang tergolong tinggi dibanding indeks lainnya, yakni 7,95%. "Ada faktor aksi profit taking juga dari para investor karena reksadana pendapatan tetap dianggap paling menguntungkan selama ini," ungkap Wawan.

Wawan optimistis kinerja reksadana pendapatan tetap masih bisa membaik di akhir tahun nanti. Hal itu didukung oleh tingkat inflasi Indonesia yang rendah sehingga potensi kenaikan suku bunga acuan tergolong rendah.

Sementara itu, Jemmy mengaku tidak terlalu khawatir dengan penurunan kinerja reksadana pendapatan tetap karena sudah memprediksinya. Ia pun tidak akan mengubah strategi produk-produk reksadananya secara signifikan hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×