kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi turun, harga minyak naik lagi


Rabu, 10 Januari 2018 / 06:40 WIB
Produksi turun, harga minyak naik lagi


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim dingin yang ekstrem dan penurunan persediaan minyak di Amerika Serikat berhasil menopang harga minyak mentah. Harga komoditas ini kembali naik.

Selasa (9/1), harga minyak kontrak pengiriman Februari di New York Mercantile Exchange terangkat 1,99% jadi US$ 62,96 per barel. Ini merupakan rekor tertinggi sejak Juli 2015. Sepekan terakhir, harga sudah menguat 4,29%.

Seperti diketahui, Negeri Paman Sam sedang dilanda cuaca dingin ekstrem. Sejumlah kawasan Amerika Serikat mengalami musim dingin terparah dalam 100 tahun terakhir. 
Bahkan pada awal pekan ini, suhu di Jacksonville, Florida, lebih dingin ketimbang di Anchorage, Alaska. Sekadar info, Florida termasuk kawasan yang cukup banyak mendapat sinar matahari di AS. Kondisi ini diperkirakan berlanjut 10 hari ke depan. 

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, harga minyak bullish karena AS terus menarik pasokan minyak. Produksi minyak AS pun terlihat melambat. "Stok cadangan minyak di AS turun karena musim dingin yang ekstrem, proses produksi juga agak berat," kata dia, kemarin.

Laporan Baker Hughes, Jumat (5/1), juga menyebutkan jumlah rig yang beroperasi di ladang minyak AS turun lima rig menjadi 742 rig pekan lalu. Selain itu, pada pekan terakhir di 2017, data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan telah terjadi penurunan persediaan minyak di Negeri Paman Sam sebesar 7,4 juta barel.

Deddy Yusuf Siregar, Analis Asia Tradepoint Futures memprediksi, persediaan minyak AS pada pekan lalu kembali berkurang. "Ini bisa membawa harga minyak kembali naik, tapi bisa juga malah direspons pasar dengan profit taking," analisa dia.

Masalah geopolitik

Harga minyak bisa terus menguat ditopang sentimen geopolitik di kawasan Timur Tengah. Ketegangan politik dan demonstrasi di Iran semakin mengkhawatirkan dan dapat membuat konflik besar pecah di negara penghasil minyak terbesar ketiga di dunia ini. "Kerusuhan di Iran dipolitisasi hingga ke Perhimpunan Bangsa-Bangsa (PBB)," jelas Ibrahim. 

Awal mula kerusuhan di Iran terjadi setelah pemerintah berencana menaikkan harga minyak. Iran juga berniat memotong bantuan langsung yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. 

Akibatnya, terjadi demonstrasi yang mengakibatkan 22 korban jiwa serta penangkapan terhadap kurang lebih 1.000 orang. Kejadian ini menuai kritik dari AS yang langsung melakukan rapat di dewan keamanan PBB.

Karena masih diselimuti sentimen positif, Deddy memprediksi harga minyak masih berpotensi menguat akan bergulir pada rentang pergerakan US$ 59,40-US$ 63,70 per barel pada hari ini. Sedangkan Ibrahim memperkirakan harga minyak dalam sepekan akan bergerak di kisaran US$ 60-US$ 63,50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×