kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Potensi penguatan rupiah pada semester II-2018


Minggu, 20 Mei 2018 / 22:35 WIB
Potensi penguatan rupiah pada semester II-2018
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan (BI) sebanyak 25 basis poin (bps) untuk meredam gejolak pelemahan rupiah, rupanya belum direspons positif pasar. Bahkan, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah berada di peringkat ketiga nilai tukar dengan pelemahan terdalam terhadap dollar AS di kawasan Asia.

Peringkat pertama ditempati ruppe India dengan pelemahan sebesar 6,08% sejak awal tahun hingga Jumat lalu alias year to date. Diikuti, pelemahan mata uang peso Filipina sebesar 4,70%. Kemudian, rupiah Indonesia pada peringkat ketiga dengan pelemahan 4,24% pada periode yang sama.

Di sisi lain, mata uang yuan China paling kuat di pasar Asia. Yuan menguat terhadap dollar AS sebesar 2,35%. Baht Thailand juga masih unggul versu dollar AS sebesar 1,18%.

Analis BNI Sekuritas Norico Gaman mengatakan, untuk meredam pelemahan rupiah, salah satunya adalah menaikkan BI-7DRR. Apabila itu belum cukup, maka pemerintah harus menggenjot ekspor dan mengurangi impor agar bisa meningkatkan surplus perdagangan.

"Pemerintah juga harus gencar mendapatkan devisa bukan hanya dari ekspor, tapi meningkatkan industri pariwisata dalam negeri agar semakin banyak wisatawan asing datang ke Indonesia membawa devisa," jelas Norico kepada KONTAN, Minggu (20/5).

Ia mengakui, bukan hal yang mudah untuk mendorong penguatan nilai tukar rupiah, apalagi sumber pelemahan saat ini akibat menguatnya dollar AS terhadap mata uang dunia lainnya.

"Rupiah berpotensi melemah ke level Rp 14.100-Rp 14.200 per dollar AS, sebelum menguat kembali akhir tahun ini. Menurut perkiraan kami (penguatan) ke level Rp 13.700 per dollar AS," proyeksinya.

Menurut Norico, level Rp 13.700 per dollar AS bisa dicapai, asalkan, pemerintah bisa meningkatkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih baik dari tahun lalu, meskipun ada kenaikan suku bunga acuan BI. Selain itu, menjaga tingkat inflasi yang rendah dan harga-harga makanan serta barang tetap stabil, dinilai cukup mampu untuk memperkuat daya beli masyarakat.

"Diperkirakan semester II tahun ini, pelemahan rupiah akan terbatas, akibat potensi terdepresiasinya mata uang dollar AS, setelah menguat sepanjang semester I tahun ini," ungkapnya. Potensi pelemahan dollar AS karena rasio utang AS yang terus meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×