kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerbitan sukuk korporasi masih minim


Kamis, 25 Agustus 2016 / 13:56 WIB
Penerbitan sukuk korporasi masih minim


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pamor obligasi syariah (sukuk) korporasi di Indonesia masih rendah.

Mengacu Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), penerbitan sukuk korporasi sejak awal tahun 2016 hanya sebesar Rp 1,948 triliun. Bandingkan dengan peluncuran obligasi korporasi konvensional yang mencapai Rp 63,58 triliun periode sama. Jumlah tersebut juga belum menyerupai total penerbitan sukuk korporasi sepanjang tahun 2015 yang tercatat Rp 3,02 triliun.

Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management mengakui, penerbitan sukuk korporasi memang masih kalah ketimbang jumlah penerbitan obligasi korporasi konvensional. Ada beberapa faktor yang menekan.

Pertama, kupon sukuk korporasi yang biasanya lebih tinggi ketimbang kupon obligasi konvensional. Sebagai kompensasi atas likuiditas sukuk yang rendah di pasar, penerbit umumnya akan menyematkan imbalan lebih menarik dibandingkan pada obligasi konvensional. Walhasil, biaya pendanaan alias cost of fund (CoF) emiten penerbit sukuk akan lebih mahal ketimbang meluncurkan obligasi konvensional.

"Apalagi sejak kuartal I 2016 tren bunga sudah turun. Bank Indonesia (BI) juga sudah mengganti suku bunga acuannya menjadi BI 7 days reverse repo rate sejak pekan lalu," terangnya. Sehingga mayoritas emiten cenderung menggemari penerbitan obligasi konvensional guna menghemat CoF.

Likuiditas sukuk korporasi di pasar memang kecil. Alasannya, investor sukuk korporasi umumnya akan memegang hingga jatuh tempo alias hold to maturity guna menghimpun imbalan yang ditawarkan. Jika investor melepaskan sukuk korporasi, akan susah untuk memperoleh penggantinya. Sementara sebagian investor obligasi korporasi memperjualbelikan instrumennya guna mengais kenaikan harga (capital gain).

Kedua, permintaan investor terhadap sukuk korporasi juga lebih mini. Pelaku pasar cenderung menyukai obligasi korporasi konvensional yang lebih likuid.

Ketiga, jumlah sukuk korporasi yang jatuh tempo. Umumnya, emiten akan refinancing utangnya dengan jenis obligasi yang sama. "Kalau obligasi yang akan jatuh tempo yang konvensional, emiten akan menutupnya dengan obligasi konvensional juga. Kalau yang jatuh tempo yang syariah, baru sukuk terbit," ujarnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×