kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak mencatat koreksi mingguan pertama sejak Desember


Jumat, 19 Januari 2018 / 19:05 WIB
Minyak mencatat koreksi mingguan pertama sejak Desember
ILUSTRASI. Harga minyak dunia


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reli harga minyak telah kehabisan tenaga. Harga minyak jatuh hingga 1,5% selama sepekan dan bersiap mencatat koreksi mingguan pertama sejak pertengahan Desember 2017.

Produksi minyak Amerika Serikat (AS) telah pulih mendekati angka rekor sehingga mengimbangi penurunan stok minyak mentah. Sementara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC menaikkan proyeksi pasokan negara pesaing di bulan kedua setelah pulihnya harga. International Energy Agency (IEA) melaporkan, pertumbuhan "eksplosif" output minyak AS sedang berlangsung.

Reli minyak memang mulai goyah setelah memperpanjang rebound dua tahun beruntun. Meski kepatuhan OPEC untuk membatasi produksi telah naik ke titik rekor, bank-bank termasuk Citigroup Inc. memperkirakan pemangkasan produksi dapat diakhiri dari pertengahan tahun, sebelum jadwal sesungguhnya yakni pada Desember, mengingat pasar kembali seimbang.

"Harga yang lebih tinggi akan menarik kembali dana di shale Amerika Utara," kata Neil Beveridge, seorang analis Sanford C. Bernstein & Co, dalam sebuah wawancara, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (19/1). "Produksi AS akan kembali pada jalurnya sehingga menyumbat harga, tetapi saya rasa Anda tidak akan melihat perubahan mendasar dalam kebijakan OPEC," imbuhnya.

Mengutip Bloomberg, Jumat (19/1) harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2018 turun sebanyak US$ 1,10 menjadi US$ 62,85 per barel di New York Mercantile Exchange, dan berada di US$ 63,37 pada pukul 9.37 waktu London. Harga turun 1,5% minggu ini setelah ditutup pada US$ 64,30 pada 12 Januari, level tertinggi sejak Desember 2014.

Menurut laporan bulanannya, IEA meningkatkan perkiraan pertumbuhan produksi AS tahun ini sebesar 240.000 barel per hari menjadi 1,35 juta barel. Badan yang berbasis di Paris tersebut juga memperingatkan bahwa 2018 bisa menjadi tahun yang "mudah berubah" di tengah ketidakpastian geopolitik, atau paling tidak risiko industri minyak Venezuela.



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×