kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengintip prospek saham penghuni holding BUMN


Jumat, 16 November 2018 / 21:07 WIB
Mengintip prospek saham penghuni holding BUMN
ILUSTRASI. PERUMNAS


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berharap pembentukan dua holding selesai di akhir tahun 2018. Keduanya adalah holding infrastruktur yang akan diinduki oleh PT Hutama Karya dan holding perumahan dan pengembangan kawasan yang akan dikepalai oleh Perum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas).

Nantinya, holding BUMN infrastruktur akan terdiri dari anggota holding yaitu PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Yodya Karya, dan PT Indra Karya. 

Sementara untuk Holding BUMN perumahan diisi adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP), PT Virama Karya (Persero), PT Amarta Karya (Persero), PT Indah Karya (Persero) dan PT Bina Karya (Persero).

Analis Trimegah Sekuritas Rovandi mengatakan, pembentukan holding ditujukan agar BUMN lebih gampang mengendalikan aset dan valuasi perusahat berplat merah tersebut. Akhirnya, akan mempengaruhi kinerja fundamental BUMN. 

Sayangnya, menurut Rovandi masih ada beberapa catatan yang harus diperhatikan pemerintah untuk membentuk dua holding itu.

Salah satunya sinkronisasi penghuni holding. "Sama ketika bank Mandiri pertama kali dimasukkan. Beberapa bank yang digabungkan enggak sinkron," kata Rovandi di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/11).

Rovandi juga pesimistis minat investor akan besar bila pemerintah kembali membentuk holding. Pasalnya, harga dan market yang dimiliki perusahaan holding akan lebih besar. 

Investor juga akan melihat kebijakan perusahaan, yang mana, kebijakan holding akan sangat terpengaruh oleh sosok pimpinan yang dipilih.

"Kalau minat investor itu akan seperti apa kebijakan holding BUMN, biasanya karena lebih dikendalikan, akan dilihat siapa sih yang pegang? di Indonesia itu biasanya lebih kepada personalnya. Itu kan kekuasaan sangat besar," kata Rovandi.

Rovandi menambahkan, saat ini saham yang layak investasi untuk energi adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Untuk perbankan, pilihan saham Rovandi adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×