kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LQ45 sudah turun tajam, investor bisa akumulasi


Rabu, 20 Juni 2018 / 08:57 WIB
LQ45 sudah turun tajam, investor bisa akumulasi
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi pasar saham domestik turut menyeret harga saham blue chips. Bahkan, bobot koreksi saham berkapitalisasi besar ini jauh lebih tajam dibandingkan saham lapis kedua dan ketiga.

Hal itu tercermin dari pergerakan indeks LQ45. Sejak awal tahun hingga penutupan pasar 8 Juni lalu (ytd), indeks yang berisi saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini merosot 11,92%.

Koreksi indeks LQ45 lebih tajam daripada penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sebesar 5,70% (ytd). Indeks LQ45 bahkan merupakan indeks konstituen dengan kinerja terburuk ketiga di BEI, setelah indeks SMInfra18 yang terpangkas 13,77 (ytd) dan IDX30 yang menyusut 13,22 (ytd).

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, penurunan saham anggota indeks LQ45 disebabkan aksi profit taking para investor. Selain itu, ada efek perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta kenaikan suku bunga The Fed.

"Libur lebaran membuat pasar modal Indonesia otomatis terhenti sejenak. Namun ini justru menjadi peluang bagi investor untuk mengakumulasi beli terhadap saham LQ45 saat market dibuka kembali pada 20 Juni nanti", jelas dia, Senin (19/6) lalu.

Nafan menyebutkan, saat ini fase penurunan IHSG sudah mulai berakhir. Ia memprediksi indeks saham pada Selasa (20/6) ini akan berada di zona hijau dengan kisaran support di level 5.916 dan resistance di level 6.135. Proyeksi tersebut tentu akan memberikan efek positif bagi pergerakan saham LQ45.

Menurut Nafan, ada kemungkinan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebagai respons terhadap kenaikan suku bunga The Fed dan perang dagang antara AS dan Tiongkok. "Hal tersebut tentu akan diapresiasi oleh para pelaku pasar," kata dia.

Sejumlah agenda besar, seperti pertemuan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), hari raya Idul Fitri, ajang Piala Dunia 2018 maupun kenaikan harga minyak mentah bisa menjadi katalis positif bagi IHSG. Ia memprediksi, harga saham blue chips berpotensi naik.

Tapi dia juga menyarankan pelaku pasar mengantisipasi aksi profit taking dan ancaman perang dagang yang bisa membuat IHSG melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×