Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Eldo Christoffel Rafael | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Memanfaatkan momentum bulan puasa, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) ingin menggenjot penjualan. Target ini wajar lantaran konsumsi rumah tangga selalu meningkat selama bulan puasa dan menjelang lebaran, meski kondisi ekonomi lesu.
Analis memperkirakan puasa dan lebaran akan berdampak positif bagi penjualan emiten pemilik gerai Ramayana ini. Konsumsi masyarakat akan meningkat untuk persiapan Idul Fitri, baik keperluan pangan maupun sandang.
Penjualan di bulan puasa bakal diperhitungkan pada kinerja di kuartal kedua tahun ini. Mengacu kalender hijriyah, bulan puasa tahun ini lebih awal ketimbang tahun lalu.
Pada 2015, awal puasa jatuh pada 18 Juni, sedangkan tahun ini dimulai pada 6 Juni.
Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto menilai, meski ekonomi tengah lesu, penjualan RALS berpeluang meningkat signifikan. "Sebab RALS menjual kebutuhan sandang dan pangan. Masyarakat tetap butuh baju baru dan kebutuhan pangan lainnya untuk persiapan lebaran," kata dia kepada KONTAN, Selasa (7/6).
David memprediksi, lebaran tahun ini bisa mengerek penjualan RALS lebih dari 50%. Estimasi ini mengacu pada penjualan RALS di kuartal III-2015, yang terkerek lebaran. Di periode tersebut, penjualan RALS tumbuh 68% dibandingkan kuartal II-2015.
Maka penjualan RALS di kuartal II-2016, menurut hitungan David, bisa mencapai Rp 2,1 triliun. Adapun laba bersih RALS di kuartal II-2016 diperkirakan mencapai Rp 150 miliar. Jumlah ini melonjak tajam dibandingkan kuartal I-2016 yang hanya Rp 8,4 miliar.
Muhammad Farlan, analis Phillip Capital, dalam riset yang dirilis 17 Mei 2016, menyebutkan, pendapatan di kuartal II-2016 akan berkontribusi paling besar terhadap total pendapatan RALS tahun ini. "Kuartal II akan berkontribusi 33%-34%," kata dia.
Sedang kontribusi penjualan di kuartal I mencapai 18%, kuartal III 26% dan kuartal IV 21,9%. Tahun lalu, pendapatan dari kuartal I hingga IV masing-masing setara 18,7%, 24,3%, 32,8% dan 24,2%.
Namun, Farlan menilai RALS masih menghadapi berbagai risiko, seperti melemahnya ekspor komoditas yang menyebabkan pengangguran di daerah naik serta ekonomi Indonesia yang masih melambat.
Tambah lagi, persaingan di industri ritel kian ketat karena kehadiran minimarket dan bisnis e-commerce. Atas dasar itu, Farlan hanya memasang target konservatif untuk kinerja RALS hingga akhir 2016.
Dia memprediksi pendapatan RALS tahun ini tumbuh tipis 8,3% year-on-year (yoy) menjadi Rp 5,99 triliun. Sedang laba bersihnya tumbuh 7,3% (yoy) menjadi Rp 361 miliar.
Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo menilai, prospek RALS ke depan semakin baik. Pasalnya, angka penjualan ritel sejak tiga tahun terakhir terus tumbuh. "Sektor barang dan jasa termasuk ritel telah menguat 60% sejak 2013 sampai sekarang, " kata dia.
Lucky merekomendasikan buy saham RALS dengan target Rp 875-Rp 1.000 per saham. David juga merekomendasikan buy dengan target Rp 1.000 per saham. Begitu pula analis Bahana Securities Adeline Solaiman, yang memberi target harga RALS di Rp 1.080 per saham.
Kemarin, harga saham RALS naik 0,59% menjadi Rp 855 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News