kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Larangan Uni Eropa pangkas harga CPO


Sabtu, 20 Januari 2018 / 14:49 WIB
Larangan Uni Eropa pangkas harga CPO
ILUSTRASI. Perkebunan Kelapa Sawit


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persetujuan parlemen Uni Eropa terhadap larangan penggunaan minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) dalam bahan bakar alternatif menekan harga komoditas ini. Alhasil, harga CPO kembali mencetak rekor terendahnya dalam tiga bulan terakhir.

Kamis (18/1), harga CPO kontrak pengiriman April 2017 di Malaysia Derivative Exchange ambruk 1,23% menjadi RM 2.484 per metrik ton. Bahkan, harganya sudah menukik 3,49% dalam sepekan terakhir.

Selama ini, impor minyak sawit Eropa mayoritas digunakan untuk membuat biofuel. Nah, beredarnya kabar tersebut dikhawatirkan memicu penurunan permintaan. Para trader saat ini mencemaskan langkah parlemen Eropa menyetujui pelarangan penggunaan minyak sawit pada bahan bakar untuk kendaraan bermotor mulai 2021, ujar Faisyal, Analis Monex Investindo Futures, Jumat (19/1).

Malaysia Palm Oil Board (MPOB) mengatakan, ekspor minyak sawit ke Uni Eropa diperkirakan akan turun dalam waktu dekat, meski larangan itu sendiri baru diterapkan pada tahun 2021 mendatang. Ahmad Kushairi Din, Dirjen MPOB, mengatakan, di tahun 2017 lalu ekspor CPO ke Uni Eropa telah terkikis 3,3% menjadi 2 juta ton.

Jumlah ekspor CPO Malaysia periode 1-15 Januari yang ditangani Intertek Testing Services turun 7,4% menjadi 552.635 ton. Sementara ekspor CPO Malaysia periode 1-15 Januari yang ditangani Societe General de Surveillance (SGS) turun 2,8% menjadi 564.968 ton.

Faisyal memperkirakan, Senin (22/1), harga CPO bergerak pada rentang RM 2.380–RM 2.550 per metrik ton. Adapun untuk periode sepekan ke depan, harga diperkirakan akan bergerak di area RM 2.300–RM 2.600 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×