kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja emiten semen masih rapuh


Rabu, 04 Mei 2016 / 07:00 WIB
Kinerja emiten semen masih rapuh


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kinerja sebagian emiten produsen semen di awal tahun ini masih rapuh. Salah satu pemicunya adalah perlambatan proyek properti. Kecenderungan kelesuan tersebut paling tidak tampak dari kinerja keuangan tiga pabrik semen: PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), serta PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Di kuartal I 2016, SMGR meraih pendapatan Rp 6,02 triliun, turun 5,05% secara tahunan. Laba bersihnya merosot 13,44% menjadi Rp 1,03 triliun. Penyusutan laba dipicu oleh kenaikan beban penjualan, beban umum dan administrasi, serta beban keuangan.

Margin laba bersih SMGR menurun dari 18,77% di kuartal I 2015 menjadi 17,11% pada kuartal I 2016. Laba bersih SMBR juga turun menjadi Rp 28,31 miliar (61,61%). Namun, penjualan bersih emiten ini naik 3% menjadi Rp 297,36 miliar.

Gejala serupa dialami INTP. Pendapatan emiten ini turun 9% menjadi Rp 3,92 triliun dan laba bersih anjlok 16% menjadi Rp 958 miliar. Anomali terjadi pada PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) SMCB.

Di saat perusahaan semen lain mengalami kelesuan kinerja, emiten ini membukukan penjualan Rp 2,45 triliun, alias naik 24% . Laba bersih SMCB malah mampu menanjak hingga 327% menjadi Rp 66,98 miliar.

Analis Minna Padi Investama Christian Saortua melihat kinerja emiten tersebut semen dipengaruhi dua hal. Pertama, bisnis properti belum bangkit. Kedua, daya beli masyarakat yang cenderung menurun.

Kini proyek pemerintah turut membantu menyerap pasokan, namun tidak signifikan. Sebab, proyek pemerintah biasanya menyerap semen curah bukan semen kantong yang banyak memberikan keuntungan kepada perusahaan. Oleh karena itu, emiten semen berharap permintaan berasal dari sektor properti.

Yosua Zisokhi, analis MNC Securities berpendapat, pelemahan sudah terasa sejak tahun lalu. Masalah saat ini adalah pasokan semen berlebih sehingga harga semakin tidak kompetitif. Saat ini permintaan dari sektor ritel, khususnya properti belum tumbuh. Alhasil emiten semen masih mengandalkan proyek pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×