kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan DP jadi shock therapy emiten otomotif


Kamis, 22 Maret 2012 / 18:54 WIB
Kenaikan DP jadi shock therapy emiten otomotif
ILUSTRASI. Won Korea Selatan jadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemberlakuan kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait angsuran Down Payment (DP) untuk KPR dan kendaraan bermotor, bisa menjadi shock therapy bagi emiten yang bergerak di sektor otomotif dan pembiayaan kendaraan.

Direktur Astra International Tbk (ASII) Gunawan Geniusahardja menyebut, beleid tersebut jelas akan memengaruhi kinerja keuangan. "Namun seberapa besar, kami masih menunggu ulasan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), ujarnya, Rabu (21/3).

Asal tau saja, beleid BI menyebutkan, kenaikan tarif DP untuk perbankan mencapai 30% bagi kredit kendaraan bermotor roda empat, dan 25% untuk kendaraan bermotor roda dua. Sedangkan untuk multifinance, besaran DP sekitar 5% di bawah ketentuan untuk perbankan.

Nah, menurut Gunawan, pada anak usahanya yang bergerak di bisnis pembiayaan (PT Federal International Finance), saat ini, DP kendaraan roda empat 22%, dan kendaraan roda dua sebesar 15%-16%.

"Kenaikan uang muka yang berkisar 3%-5% tentunya akan memengaruhi pertimbangan customer untuk melakukan kredit, kecuali customer yang secara krusial membutuhkan kendaraan bermotor," urainya.

Itu artinya, kebijakan itu pasti akan berimbas pada kinerja emiten otomotif dan pembiayaan kendaraan. Namun, Gunawan mengklaim, khusus untuk ASII, imbas kebijakan itu terhadap total kinerja keuangan tidak terlalu signifikan. Ini lantaran, peritel otomotif terbesar di tanah air itu, punya beberapa anak usaha di luar sektor otomotif yang bisa diandalkan.

"Sehingga kontribusi dari anak usaha tersebut bisa menutupi penurunan pendapatan dari penjualan kendaraan," ujarnya.

Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih menduga, kenaikan DP kredit akan lebih memengaruhi permintaan kredit kendaraan bermotor roda dua, ketimbang roda empat. Senada, analis Bahana Securities, Stefanus Sulistyo juga menilai, kenaikan DP akan lebih mengejutkan bagi customer sepeda motor, karena uang muka kredit yang sebelumnya rata-rata 10%-15%, naik menjadi 20%.

"Terlebih konsumen sepeda motor adalah masyarakat menengah ke bawah. Sedangkan, konsumen mobil yaitu menengah ke atas, yang terkadang lebih memilih bayar tunai dibandingkan kredit," jelasnya, Kamis (22/3).

Berimbas tipis pada laba

Stefanus memperkirakan, kenaikan uang muka memang akan memengaruhi pertumbuhan laba bersih bagi emiten otomotif. Namun, seberapa besar imbasnya akan tergantung kondisi fundamental keuangan masing-masing emiten, dan strategi yang ditempuh untuk mengatasi kendala kenaikan DP tersebut.

Untuk ASII, dia memprediksi kenaikan DP kendaraan bermotor bisa mengoreksi 1,75% dari proyeksi pertumbuhan laba bersih perusahaan yang diperkirakan 15% pada tahun ini. "Angka tersebut lebih kecil dari pertumbuhan laba di 2011 yang sebesar 23%," urainya.

Namun, Stefanus bilang, sejatinya, proyeksi pertumbuhan laba bersih ASII di tahun ini lebih rendah ketimbang tahun lalu, karena tahun lalu sudah meningkat cukup tinggi.

Adapun, untuk Indomobil Sukses International Tbk (IMAS), faktor uang muka tidak akan terlalu berimbas kepada emiten ini, sebab akan menggenjot porsi penjualan kendaraan roda empat. Leonardo Hendra Gavaza, analis Bahana Securities bahkan memperkirakan, laba bersih Perseroan di tahun ini berpotensi naik sebesar 43%. "Lebih tinggi dari pertumbuhan laba bersih di 2011 yang sebesar 35%," ujarnya.

Leonardo optimistis, kinerja IMAS akan melejit karena di tahun ini akan mengurangi proporsi pembiayaan kredit sepeda motor menjadi hanya 50% dari total seluruh pembiayaan. Tahun-tahun sebelumnya, porsi pembiayaan motor melebihi 50%. "Selain itu IMAS akan memproduksi mobil Nissan NV 200 baru yang saya prediksi bisa mendongkrak pertumbuhan kinerja labanya," imbuh Leo.

Terbantu penurunan harga kendaraan

Meski demikian, imbas kebijakan kenaikan uang muka pada perusahaan pembiayaan kendaraan dinilai tidak akan sesignifikan yang dialami industri otomotif. Presiden Direktur Federal International Finance (FIF) Suhartono mengklaim, khusus bagi FIF, kebijakan tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan. Sebagai informasi, FIF saat ini fokus pada pembiayaan motor.

Suhartono optimis, permintaan motor di tahun ini masih akan tetap besar, karena faktor infrastruktur di Indonesia yang masih kurang mendukung, sehingga masyarakat memang masih tetap butuh. Hal itu juga dengan pertimbangan laju pertumbuhan Indonesia yang diprediksi sebesar 6,5% - 7% di tahun ini.

Apalagi, menurutnya, ke depan, kenaikan besaran uang muka akan tertutupi seiring ikut turunnya harga kendaraan, akibat maraknya peluncuran produk motor baru. Harga jual produk akan lebih murah karena produsen terdesak kompetisi produk baru. "Kami juga tentunya akan menerapkan strategi untuk menarik minat konsumen. Tapi belum bisa disebutkan seperti apa, tunggu kajian dulu," imbuhnya.

Namun, Suhartono mengaku, laba bersih perusahaan di tahun ini kemungkinan bisa tergerus, karena persaingan penawaran kredit dari kompetitor. Ini seiring bermunculannya perusahaan pembiayaan yang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×