kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kelebihan pasokan menekan harga aluminium


Rabu, 14 Maret 2018 / 08:23 WIB
Kelebihan pasokan menekan harga aluminium
ILUSTRASI. Pabrik Aluminium PT Inalum


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga aluminium makin melemah usai pemerintah Amerika Serikat (AS) menandatangani beleid tarif impor baja dan aluminium. Pada Senin (12/3), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) melorot 1,37% ke level US$ 2.091 per metrik ton..

Andri Hardianto, analis Asia Tradepoint Futures, menilai, tekanan harga aluminium sudah terjadi sejak wacana kenaikan tarif impor AS mencuat. "Pelaku pasar sudah khawatir akan terjadi kelebihan pasokan di pasar global, khususnya di Eropa dan Asia," ujar dia, Selasa (13/3).

Memang, selain Kanada dan Meksiko, negara lain berpeluang meminta pengecualian kebijakan tarif impor kepada AS. Namun, menurut Andri, pelaku pasar masih belum sepenuhnya yakin dengan implementasi kebijakan tersebut. Sehingga, sepanjang sentimen ini masih berkembang, laju harga aluminium masih bakal tertahan.

Andri menambahkan, pelemahan harga juga diperparah oleh stok aluminium di China yang masih tinggi. Stok komoditas ini di Shanghai Futures Exchange (SHFE) per 12 Maret lalu tercatat naik dari 2,21 juta metrik ton menjadi 2,26 juta metrik ton.

Selain itu, smelter China yang sebelumnya ditutup sepanjang libur musim dingin dan tahun baru China juga mulai berproduksi kembali pada Kamis (15/3) mendatang. "Sehingga, kekhawatiran pasar terhadap naiknya tingkat produksi dan cadangan pun bertambah," terang Andri.

Menurut Andri, kebijakan proteksionisme AS berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi global. Dampaknya, permintaan serta harga komoditas pun terancam.

Ia memperkirakan, harga aluminium dalam sepekan ke depan masih akan berada di kisaran US$ 2.000-US$ 2.120 per metrik ton.

Secara teknikal, Andri melihat, saat ini harga aluminium masih berada di bawah garis moving average (MA) 50, 100, maupun 200. Sementara itu, indikator relative strength index (RSI) berada di area netral di level 47,2. Lalu, indikator stochastic berada di level 27,5.

Tak hanya itu, indikator MACD juga berada di area negatif, di level 0,041. Hal ini menguatkan indikasi bearish terhadap tren harga aluminium. Prediksi Andri, pada Rabu (14/3), harga logam industri ini akan bergerak di kisaran US$ 2.050 hingga US$ 2.100 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×