Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren bearish masih membayangi pasar modal domestik. Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah menyusut 3,38% menjadi 6.140,84.
Penurunan IHSG sejalan dengan keluarnya dana asing dari pasar saham (capital outflow). Pada perdagangan Rabu (28/3), asing keluar sebanyak Rp 696,64 miliar.
Di pasar reguler, asing mencatatkan net sell Rp 562,45 miliar. Sejak awal tahun, net sell asing di pasar reguler mencapai Rp 24,33 triliun dan selama setahun terakhir senilai Rp 27,63 triliun.
Tekanan jual asing tercermin dari koreksi beberapa saham blue chips. BBRI, misalnya, mengalami tekanan jual asing Rp 6,6 triliun sejak awal tahun ini. Jumlah itu setara 27% dari total dana asing yang keluar di pasar reguler.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menilai, fundamental bisnis emiten yang dijauhi asing sebenarnya kokoh. TLKM misalnya masih tumbuh, meski di bawah ekspektasi konsesus analis. "Labanya naik dan positif, tapi pasar melihat TLKM hanya tumbuh tipis," kata William kepada KONTAN, kemarin.
Menurut analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji, meski ada tekanan jual asing, saham big caps masih bisa mencetak gain. Secara teknikal, BBRI masih berpotensi rebound.
Laju BBRI memang tak jauh berbeda dengan IHSG. Namun melihat dalam jangka panjang, saham ini bisa menembus target Rp 3.900 per saham.
Saham ASII juga tertekan oleh aksi jual asing. Nafan bilang, faktor daya beli turut mempengaruhi investor dalam melihat prospek ASII. Belum lagi, sektor otomotif masih penuh tantangan.
Arwani Pranajaya, Chief Investment Papillon Group, melihat asing tak sepenuhnya keluar dari pasar finansial Indonesia. Asing memilih instrumen yang lebih aman seperti pasar uang dan obligasi pemerintah. "Ini hanya perubahan strategi portofolio, maka banyak saham yang drop akhirnya," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News