kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah ringkasan berita di halaman rekomendasi


Sabtu, 01 November 2014 / 04:37 WIB
Inilah ringkasan berita di halaman rekomendasi
ILUSTRASI. Usai cuti bersama Lebaran 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (26/4) dibuka menguat 60 poin (0,88 persen) ke 6.877. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Menemani aktivitas anda di akhir pekan ini, kami menyuguhkan sejumlah berita di halaman rekomendasi Harian KONTAN edisi Sabtu 1 November 2014, sebagai berikut.

Profil Emiten PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)

Industri minyak sawit mentah (CPO) nasional mulai bangkit. Salah satunya adalah PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), yang masih mampu mempertahankan kinerja positif.

Hingga kuartal III 2014, laba bersih DSNG melonjak 323% year-on-year (yoy) menjadi Rp 521,5 miliar. Pendapatannya juga tumbuh 39,2% (yoy) menjadi Rp 3,72 triliun. "Harga CPO kami cukup baik," ungkap Djojo Boentoro, Direktur Utama DSNG, Kamis (30/10).

Meski harga CPO di pasar cenderung melemah dalam beberapa bulan terakhir ini, hal itu tak berpengaruh pada harga CPO DSNG. Djojo mengatakan harga sawit perusahaannya masih stabil.

Harga rata-rata harga CPO DSNG di sembilan bulan tahun ini mencapai Rp 8,52 juta per ton. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata CPO perseroan ini pada kuartal III-2013 senilai Rp 6,67 juta per ton.

Di sisi lain, produksi tandan buah segar (TBS) di kebun inti DSNG mencapai 920.100 ton hingga September 2014. Jumlah itu tumbuh 11,4% daripada periode sama tahun lalu. Produksi CPO pun ikut meningkat 24,1% (yoy) menjadi 299.700 ton.

Pasar domestik masih menjadi andalan perseroan, yakni menyumbang Rp 2,8 triliun atau 75% dari pendapatan. Sisanya berasal dari penjualan ekspor. Pasar ekspor terbesar DSNG adalah Amerika Serikat dan negara di kawasan Asia Pasifik dan Eropa.

Untuk mempertahankan kinerjanya, manajemen DSNG segera mengoperasikan pabrik kelapa sawit di Kalimantan Timur. Pabrik ketujuh ini dijadwalkan mulai beroperasi pada Desember nanti. Pabrik ini memiliki kapasitas 60 ton TBS per jam. Dus, Dharma Satya akan memiliki total kapasitas produksi 450 ton BTS per jam. Di pabrik Kaltim, DSNG menggelontorkan investasi sekitar US$ 20 juta.

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berharap pendapatan dan laba bersih pada tahun depan meningkat. Sepanjang 2015, SMRA memproyeksikan pendapatan dan laba bersih tumbuh masing-masing 10%.

Tahun ini, SMRA menargetkan pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 4,50 triliun dan Rp 1,10 triliun. Mengacu asumsi itu, maka pendapatan dan laba bersih SMRA di 2015 bisa mencapai Rp 4,95 triliun dan Rp 1,21 triliun.

Presiden Direktur SMRA, Johannes Mardjuki, mengatakan perseoran tahun depan akan lebih banyak mengembangkan apartemen dibanding perumahan. "Proyek apartemen bisa menyumbang 60% hingga 70% ke pendapatan," papar dia kepada KONTAN, Jumat (31/10). Awal November tahun ini, SMRA akan meluncurkan apartemen di kawasan Serpong, Tangerang, dengan target marketing sales Rp 700 miliar. SMRA juga akan mengembangkan proyek apartemen di Bekasi.

Hingga Kuartal III-2014, pendapatan SMRA tumbuh 19,34% year-on-year (yoy) menjadi Rp 3,64 triliun. Sedangkan laba bersihnya hanya tumbuh tipis 0,43% (yoy) menjadi Rp 883,62 miliar.

Menurut Johannes, stagnannya laba bersih SMRA lantaran margin penjualan rumah cenderung lebih kecil dibandingkan kawasan komersial. "Hampir setengah dari penjualan tahun ini berasal dari rumah," kata dia. Dus, Johannes memproyeksikan laba bersih tahun ini cenderung flat atau sekitar Rp 1,1 triliun.

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menetapkan peringkat jangka panjang 'BB' pada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Di saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia menegaskan penilaian jangka panjang nasional 'AA- (idn)' dengan outlook stabil.

Ini terkait perjanjian TBIG dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) untuk pertukaran saham TBIG dengan saham PT Daya Mitra Telekomunikasi (Mitratel). Meski kesepakatan itu akan menaikkan skala dan tenansi TBIG, Fitch meyakini leverage yang tinggi TBIG membatasi potensi rating positif. Namun, "Penilaian AA menunjukkan ekspektasi risiko gagal bayar sangat rendah dibanding emiten lain di Indonesia," ungkap Olly Prayudi, Associate Director Fitch Ratings Indonesia, dalam rilis yang diterima KONTAN, kemarin (31/10).

Mitratel mengoperasikan 3.928 menara dan melayani 4.363 penyewa. Maka, perjanjian ini akan menjadikan TBIG sebagai penyedia menara telekomunikasi independen terbesar di Indonesia. Portofolio menara TBIG akan meningkat 35% menjadi 15.194 unit.

Artinya, TBIG lebih maju dibandingkan kompetitor terdekatnya PT Profesional Telekomunikasi Indonesia, yang mendapatkan peringkat BB dengan outlook positif.

Mitratel memiliki utang sebesar Rp 3,1 triliun dan kas Rp 400 miliar. Ini akan dikonsolidasikan ke laporan keuangan TBIG. Fitch memperkirakan net leverage TBIG di posisi 4x - 4,5x pada 2015. Namun nantinya, komposisi tenansi TBIG akan membaik. Ini didorong kontribusi signifikan dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) yang merupakan penyewa utama menara Mitratel.

PT Adaro Energy Tbk (ADRO)

Bisnis batubara yang masih melempem menyebabkan kinerja emiten batubara seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) loyo. Laba bersih ADRO anjlok 30,22% menjadi US$ 220,47 juta. Padahal, pendapatan usaha bersih ADRO bisa naik 3% dari US$ 2,43 miliar menjadi US$ 2,43 miliar pada kuartal III tahun ini. Ini lantaran volume penjualan dan produksi batubara ADRO masing-masing naik 8%.

Volume penjualan batubara ADRO naik dari 39,1 juta ton menjadi 42,4  juta ton. Sementara volume produksi naik dari 38,7 juta ton menjadi 41,9 juta ton. Garibaldi Thohir, Presiden Direktur ADRO dalam rilis Jumat (31/10), mengatakan, harga jual batubara memang merosot sekitar 5% year-on-year (yoy). Selain itu utang berbunga ADRO meningkat.

Total kewajiban ADRO naik dari US$ 3,55 miliar menjadi US$ 4,14 miliar. Sedangkan, total utang berbunga bertambah 23,47% menjadi US$ 2,84 miliar. Garibaldi atau yang akrab disapa Boy ini memperkirakan, harga batubara masih tertekan hingga 2015. Sebab, pasar masih mengalami kelebihan pasokan. Kemarin, harga ADRO naik 3,18% menjadi Rp 1.135 per saham.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) masih mendapat tekanan dari fluktuasi nilai tukar rupiah. Laba bersih emiten farmasi ini hanya tumbuh 8,78% menjadi Rp 1,48 triliun sampai kuartal III-2014, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,36 triliun.

Kenaikan laba bersih itu tak sebesar pertumbuhan penjualan yang naik 11,5% mencapai Rp 12,75 triliun. Vidjongtius, Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan KLBF, mengatakan, produk internal KLBF tumbuh cukup baik, didorong pemasaran yang aktif dan penetrasi distribusi. Namun, penjualan dari produk pihak ketiga (non-Kalbe) pada divisi distribusi dan logistik tumbuh lebih rendah.

Vidjongtius mengatakan, pertumbuhan penjualan didukung oleh pertumbuhan volume. KLBF juga telah menaikkan harga pada akhir kuartal I-2014. Hingga akhir tahun ini, KLBF mempertahankan target pertumbuhan penjualan 11%-13%. Target ini lebih rendah dibandingkan perkiraan semula,  karena pertumbuhan penjualan produk non-Kalbe menurun. Sementara margin laba usaha ditargetkan stabil di 16%-17% dan laba bersih per saham tumbuh 11%-13%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×