Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melompat tinggi sejalan pasar saham global setelah langkah Federal Reserve menaikkan suku bunganya, Kamis (16/3). Mengacu data RTI, indeks ditutup naik 1,58% atau 85,860 poin ke level 5.518,241.
Tercatat 187 saham bergerak naik, 122 saham bergerak turun, 120 saham stagnan. Volume perdagangan 35,037 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapaia Rp 8,65 triliun.
Seluruh indeks sektoral mendukung penguatan IHSG. Sektor aneka industri paling besar kontribusi penguatan 3,92% dan diikuti manufaktur naik 2,02%, serta infrastruktur naik 1,83%.
Saham-saham top gainers LQ45 antara lain; PT XL Axiata Tbk (EXCL) naik 5,65% ke Rp 3.180, PT Astra International Tbk (ASII) naik 4,89% ke Rp 8.575, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 4,13% ke Rp 8.825.
Saham-saham top losersl LQ45 antara lain; PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) turun 7,55% ke Rp 294, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) turun 1,69% ke Rp 2.330, dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 1,28% ke Rp 308.
Hari ini, arus dana asing masuk begitu deras. Di pasar reguler, beli bersih asing mencapai Rp 1,816 triliun dan Rp 1,842 triliun keseluruhan perdagangan.
"Kepastian dari The Fed menaikkan suku bunga acuannya, serta akumulasi sentimen positif dari dalam negeri menjadi pemicu kenaikan IHSG," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere dikutip dari Antara.
Dari dalam negeri, lanjut dia, sejalan dengan pencapaian perekonomian Indonesia pada 2016 yang terbilang positif, maka diperkirakan kinerja perusahaan juga relatif lebih baik dibandingkan dengan 2015. Membaiknya kinerja emiten menambah katalisator bagi pergerakan IHSG.
Selain laporan laba emiten, ia mengatakan bahwa rencana pemerintah yang akan mengeluarkan stimulus berupa paket kebijakan tahap XV dalam waktu dekat ini, juga dipercaya dapat menopang pertumbuhan ekonomi yang akhirnya berdampak positif bagi IHSG.
Di sisi lain, Nico Omer mengatakan bahwa optimisme pasar terhadap lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) yang berpotensi menaikkan peringkat utang Indonesia ke tingkat layak investasi pada tahun 2017 menambah sentimen positif ke pasar.
"S&P adalah satu-satunya perusahaan pemeringkat internasional yang belum menyematkan peringkat layak investasi bagi Indonesia," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News