kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Heru Handayanto, Managing Director Mandiri Sekuritas memarkir dana di sektor defensif


Sabtu, 19 Mei 2018 / 12:30 WIB
Heru Handayanto, Managing Director Mandiri Sekuritas memarkir dana di sektor defensif


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Heru Handayanto termasuk piawai dalam urusan investasi. Maklumlah, Managing Director PT Mandiri Sekuritas ini mengawali karier di perusahaan yang berkecimpung di dunia pasar modal. Dia juga dibesarkan di keluarga dengan literasi investasi yang cukup kuat.

Pemahamannya akan produk-produk investasi juga diperkuat oleh latar belakang pendidikannya. Pria ini adalah alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Heru mulai berinvestasi sejak mulai bekerja, yakni di 1996. Selepas lulus kuliah, Heru memulai karier di Danareksa. Instrumen investasi pertama yang ia pilih adalah tabungan asuransi, yang sekarang dikenal dengan nama unitlink. Saat itu, ia menanamkan dana di unitlink yang memiliki jatuh tempo 10 tahun. Heru mengaku kini masih memiliki unitlink, tetapi dari perusahaan berbeda.

Alumnus Universitas Indonesia ini kemudian juga menjajal reksadana. Kebetulan yang pertama kali meluncurkan reksadana di Indonesia adalah Danareksa Investment Management, anak usaha Danareksa. Jadi, ia pertama kali belajar masuk ke produk investasi pasar modal lewat reksadana campuran.

Investor moderat

Heru menganggap dirinya merupakan investor dengan profil risiko moderat dan sedikit kecenderungan ke arah konservatif. Maksudnya, ia memang paham betul produk-produk investasi, namun keahliannya dalam bidang manajemen risiko membuat Heru sangat selektif dalam memilih instrumen investasi.

Ia selalu menghitung teliti risiko-risiko yang bakal dihadapi terkait dengan alokasi dana di sejumlah instrumen. "Saya bergerak berdasarkan risiko yang terukur. Saya memang lebih memperhitungkan risiko-risiko yang mungkin terjadi," kata Heru.

Namun, bukan berarti Heru hanya memiliki reksadana dan tidak menjajal investasi saham secara langsung. Ia juga berinvestasi di sejumlah saham.

Heru mengklaim ia adalah investor, bukan trader yang jangka waktu investasinya singkat. Heru memilih membeli untuk jangka panjang (long term investment).

Ia menegaskan tidak memiliki pikiran untuk menjadi seorang trader. Pasalnya, menjadi seorang trader membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk memonitor pergerakan harga saham.

Heru pun tidak melulu mengalokasikan dana di pasar modal, melainkan juga di sektor riil. Investasi di sektor riil dan di pasar modal, menurut Heru, haruslah dilakukan dengan seimbang.

Sektor riil ia katakan memiliki kelemahan, karena tidak likuid. Sementara, pasar modal sedikit berisiko, namun lebih likuid. Jadi, dua-duanya harus ada.

Adapun saham-saham yang saat ini berada dalam daftar portofolionya adalah, saham induk Mandiri Sekuritas, yakni PT Bank Mandiri Tbk serta saham-saham dengan sifat defensif. Misalnya saja saham sektor konsumsi, yang produk-produknya dibutuhkan dan digunakan oleh banyak orang.

Memang, ia menyadari sektor-sektor saham yang ia pilih sempat terhantam waktu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun dalam. Namun, karena ia mengerti fundamental sektornya, dan ia pun berkecimpung di dunia pasar modal, Heru meyakini bahwa pelemahan harga tidak akan berlangsung lama.

Selain itu, ia menegaskan, dana yang ia tanamkan di pasar modal bukan investasi jangka pendek, yang langsung cut loss manakala ada penurunan, melainkan investasi jangka panjang. Selain itu, ia mengerti betul bahwa dalam jangka pendek, pasar modal pasti diiringi adanya penurunan-penurunan atau koreksi. Namun dalam jangka panjang, pergerakan pasar modal pasti naik.

Untuk porsinya, Heru masih mengalokasikan sekitar 60% pada investasi sektor riil, yakni properti. Diikuti dengan saham dan reksadana dengan porsi 30%. Sementara, instrumen unitlink mendapat porsi 10%. Untuk yang terakhir ini, Heru melihatnya sebagai instrumen proteksi yang disertai dengan investasi. Jadi, tidak murni instrumen investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×