kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga saham BBRI naik, pembeli sebulan lalu masih potensi rugi


Kamis, 05 Maret 2020 / 08:36 WIB
Harga saham BBRI naik, pembeli sebulan lalu masih potensi rugi
ILUSTRASI. Mesin ATM Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Jakarta.


Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rabu (4/3) saham BBRI (Bank Rakyat Indonesia Tbk.) ditutup menghijau. Saat bursa menutup hari perdagangan, saham BBRI persis di harga penutupan Rp 4.220 per saham.

Dibandingkan dengan penutupan Selasa (3/3), harga saham BBRI naik 2,93% dari Rp 4.100.

Mencatatkan harga tertinggi Rp 4.240 dan harga terendah Rp 4.130, saham BBRI ditutup naik Rp 120 per saham dalam sehari.

Kalau dihitung sejak 7 hari yang lalu (27 Februari 2020), harga saham BBRI hari ini sudah naik 2,18 % dibanding harga saat itu (Rp 4.130).

Namun, jika kita hitung sejak 30 hari yang lalu (5 Februari 2020), harga saham emiten ini masih turun 7,46%, dari semula (Rp 4.560).

Adapun sejak setahun lalu (5 Maret 2019) harga saham BBRI masih 9,33% lebih tinggi dari harga saat itu (Rp 3.860).

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham BBRI mencapai Rp 489,49 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 116.305.200 lot.

Dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham Rp 279, maka price to earning ratio (PER) saham ini 15,13 kali. Adapun price to book value-nya (PBV) 2,52 kali.

Pada akhir sesi perdagangan, Rabu (4/3) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik lumayan tinggi.

Ketika Bursa Efek Indonesia (BEI) menutup hari perdagangan, IHSG berada di angka indeks 5.650,14.

Itu berarti dalam sehari perdagangan di market, indeks utama di bursa saham Indonesia ini naik 2,38%.

Kenaikan IHSG itu sejalan situasi indeks sektoral. Dari 10 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia, sepuluh di antaranya positif. Detailnya sebagai berikut:

  1. Sektor Infrastruktur (4,02%)
  2. Sektor Industri Dasar (3,87%)
  3. Sektor Manufaktur (2,54%)
  4. Sektor Keuangan (2,37%)
  5. Sektor Barang Konsumsi (2,13%)
  6. Sektor Tambang (1,86%)
  7. Sektor Konstruksi (1,44%)
  8. Sektor Aneka Industri (1,29%) 
  9. Sektor Perdagangan (1,13%)
  10. Sektor Pertanian (1,05%)

Tampak bahwa kenaikan paling tinggi perdagangan ini menimpa indeks sektor infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×