kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Turun, Data Inflasi Meredupkan Prospek Penurunan Suku Bunga


Selasa, 30 April 2024 / 08:09 WIB
Harga Minyak Turun, Data Inflasi Meredupkan Prospek Penurunan Suku Bunga
ILUSTRASI. Harga minyak turun lagi pada Selasa (30/4) pagi setelah melorot 1,45% pada awal pekan.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun lagi pada Selasa (30/4) pagi setelah melorot 1,45% pada awal pekan. Perundingan gencatan senjata Israel di Kairo meredakan kekhawatiran akan konflik Timur Tengah yang lebih luas. Sementara data inflasi Amerika Serikat (AS) meredupkan prospek penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Selasa (30/4) pukul 7.32 WIB, harga minyak WTI kontrak Juni 2024 di New York Mercantile Exchange turun 0,08% ke US$ 82,56 per barel. Harga minyak WTI cenderung stagnan sepanjang April dari posisi akhir Maret yang ada di US$ 82,42 per barel meski sempat menyentuh level tertinggi April di US$ 86,10 per barel.

Harga minyak Brent kontrak Juni 2024 di ICE Futures turun 0,11% ke US$ 88,30 per barel pada pagi ini. Harga minyak acuan internasional ini menguat 1,49% dari akhir Maret yang masih ada di US$ 87 per barel.

Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 25 warga Palestina dan melukai banyak lainnya pada hari Senin (29/4). Sementara para pemimpin Hamas tiba di Kairo untuk putaran baru perundingan dengan mediator Mesir dan Qatar. Mesir mempunyai harapan tetapi menunggu tanggapan terhadap rencana tersebut dari Israel dan Hamas, kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry.

“Anda melihat premi risiko geopolitik bocor lagi hari ini karena tidak ada eskalasi baru dalam situasi Israel-Hamas,” kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC kepada Reuters.

Baca Juga: Harga Emas Bergerak Tipis Selasa (30/4) Pagi, Fokus Pasar Tertuju pada Rapat The Fed

Pasar juga mewaspadai tinjauan kebijakan moneter Federal Reserve AS pada tanggal 1 Mei yang dapat menunjukkan arah keputusan suku bunga bank sentral. “Bahasa dan perkiraan ke depan akan dicermati oleh seluruh pelaku pasar,” kata John Evans, analis di broker minyak PVM.

Investor dengan hati-hati memperkirakan kemungkinan yang lebih tinggi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase pada tahun ini dan tahun depan karena inflasi dan pasar tenaga kerja tetap tangguh.

Inflasi bulanan AS meningkat secara moderat di bulan Maret. Angka inflasi yang naik mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Inflasi yang lebih rendah akan meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga, yang cenderung merangsang pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

“Inflasi AS yang tinggi memicu kekhawatiran akan suku bunga yang ‘lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama’,” yang mengarah pada penguatan dolar AS dan memberikan tekanan pada harga komoditas, kata analis pasar independen Tina Teng.

Baca Juga: Pemerintahan Prabowo-Gibran akan Hadapi Risiko Impor dan Subsidi Energi

Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya. Selain itu, pasar minyak menantikan laporan bulanan upah non pertanian AS, yang akan dirilis pada hari Jumat dan diawasi ketat oleh The Fed.

"Hal ini kemungkinan akan berdampak signifikan pada perdagangan minyak minggu depan," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Sebaliknya, gambaran awal data inflasi bulan April dari Zona Euro, dari Spanyol dan Jerman, memberikan gambaran yang beragam bagi Bank Sentral Eropa, namun tampaknya tidak akan menggagalkan penurunan suku bunga di bulan Juni. Data inflasi dari Zona Euro yang lebih luas akan dirilis pada hari Selasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×