kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak merosot 8% dalam enam hari penurunan berturut-turut


Jumat, 09 Februari 2018 / 07:50 WIB
Harga minyak merosot 8% dalam enam hari penurunan berturut-turut


Sumber: CNBC,Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terperosok makin dalam. Jumat (9/2) pukul 7.23 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2018 di New York Mercantile Exchange tergelincir 1,06% ke US$ 60,50 per barel ketimbang hari sebelumnya.

Harga minyak light sweet ini terus turun dalam enam hari beruntun. Dalam enam hari, harga minyak ini merosot hingga 8,05%.

Harga minyak brent pun terus turun dalam sepekan. Hingga kemarin, harga minyak brent untuk pengiriman April 2018 di ICE Futures turun dalam lima hari berturut-turut. Penurunan lima hari ini sebesar 6,95%.

Hingga kemarin, harga minyak brent berada di US$ 64,81 per barel. Dari titik tertinggi paling dekat, yakni US$ 70,15 per barel pada 26 Januari lalu, harga minyak brent turun 7,61%.

"Harga minyak masih tertekan hingga Kamis karena paar masih merespons penurunan stok," kata Abhishek Kumar, senior energy analyst Interfax Energys Global Gas Analytics kepada Reuters.

Rabu lalu, Energy Information Administration melaporkan bahwa produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencapai rekor 10,25 juta barel per hari. Dengan level ini, produksi minyak AS sudah melampaui produksi minyak Arab Saudi.

Stok minyak mentah komersial AS naik 1,9 juta barel pada sepekan yang berakhir 2 Februari. Hingga akhir pekan lalu, stok minyak AS sebanyak 420,25 juta barel.

Dari Benua Biru, jaringan pipa Forties mulai beroperasi kembali. Ini turut menekan harga. Jaringan pipa ini menyalurkan sekitar seperempat produksi minyak Laut Utara dan sepertiga produksi gas alam Inggris. Rabu lalu, jaringan pipa ini sempat berrhenti beroperasi.

Dalam catatan, analis Commerzbank mengungkapkan bahwa harga minyak pada akhir Januari lalu terlalu tinggi bagi keseimbangan pasar dalam jangka panjang. "Ini karena produksi minyak AS melonjak sehingga ada risiko oversupply baru jika OPEC tidak sukarela menurunkan pangsa pasar," ungkap analis Commerzbank seperti dikutip CNBC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×