Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sejumlah emiten kawasan industri bersiap mengerek harga jual lahan tahun ini. Berdasarkan wawancara KONTAN, ada lima emiten yang berniat menaikkan harga lahan industri rata-rata sebesar 10%–15%.
PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) misalnya, berencana menaikkan harga lahan industri tahun ini sekitar 10%–15%. Pengembang Kawasan Industri Deltamas ini mengemukakan, hampir setiap tahun harga jual lahan selalu meningkat.
"Harga jual rata-rata lahan di Kawasan Industri Deltamas pada 2015 sekitar Rp 1,9 juta–Rp 2,1 juta per meter persegi (m2)," kata Tondy Suwanto, Direktur dan Sekretaris Perusahaan DMAS, kepada KONTAN baru-baru ini.
Dengan asumsi kenaikan harga 10%–15%, maka DMAS berpotensi menjual lahan industri sebesar Rp 2,09 juta–Rp 2,42 juta per m2 pada tahun ini. DMAS tak gencar menjual lahan pada tahun ini.
Emiten Grup Sinarmas ini hanya menargetkan marketing sales seluas 50 hektare (ha) hingga 60 ha. Jumlah tersebut menurun ketimbang marketing sales tahun lalu, sebanyak 90 ha.
Tondy bilang, dengan kenaikan harga tersebut, maka nilai target marketing sales lahan DMAS akan sama dengan pencapaian 2015, yakni Rp 1,7 triliun. Deltamas tak memasang target agresif karena ekonomi Indonesia masih melambat.
DMAS tengah menjajaki penjualan lahan industri kepada investor asing. Pemodal asing tersebut bergerak di industri otomotif. Adapun PT Modernland Realty Tbk (MDLN) akan menaikkan harga jual lahan karena lokasi lahan yang dikembangkan cukup strategis.
Sebab, pembangunan pintu keluar tol baru di kilometer (km) 52 Cikande akan rampung tahun ini. Pintu keluar tol itu hanya berjarak 1 km dari pintu masuk Kawasan Industri Cikande milik MDLN.
Cuncun Wijaya, Sekretaris Perusahaan MDLN, mengatakan, dibukanya pintu tol tersebut akan berdampak positif terhadap Kawasan Industri Cikande. Di akhir 2015, harga jual rata-rata lahan MDLN sekitar Rp 1,7 juta per m2. "Jadi kami merencanakan ada kenaikan 10%–15%," ujar dia.
Meski harga jual naik, MDLN justru memangkas target marketing sales lahan industri menjadi Rp 1,2 triliun di 2016. Pada tahun lalu, emiten ini mencatatkan marketing sales dari kawasan industri sebesar Rp 1,4 triliun.
PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) juga akan menaikkan harga jual lahan di kawasan industri yang mereka kelola. Namun, kenaikan harga jual akan difokuskan pada lokasi yang strategis saja.
Asa Siahaan, Sekretaris Perusahaan BEST, bilang, harga jual lahan di Kawasan Industri MM2100 Cibitung tahun lalu sekitar Rp 2 juta–Rp 3 juta per m2. Tahun ini, BEST akan mengerek harga jual rata-rata 10%.
Volume marketing sales ditargetkan berkisar 25–30 ha, naik 39%–67% dari realisasi tahun lalu 18 ha.
Sedang SSIA tahun ini menargetkan volume marketing sales 30 ha. Jumlah itu naik dari tahun lalu seluas 21,2 ha. Manajemen akan mengerek harga jual 10%–15%.
"Kenaikan terbesar dikenakan pada lokasi yang dekat dengat ruas tol," ujar Erlin Budiman, Investor Relation SSIA.
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) pun akan menaikkan harga jual lahan industri 10%–15%. Pengelola menyatakan harga lahan selalu naik setiap tahun sebagai bentuk penyesuaian.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai tantangan bisnis kawasan industri tahun ini masih berat, seirama dengan pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi domestik masih rentan karena tekanan China.
Dia memprediksi pengusaha tahun ini belum berani ekspansif sehingga permintaan lahan industri tak tumbuh signifikan. Sektor kawasan industri masih berpotensi tumbuh 6%–8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News