kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.375   30,00   0,18%
  • IDX 7.615   71,26   0,94%
  • KOMPAS100 1.060   12,24   1,17%
  • LQ45 803   8,71   1,10%
  • ISSI 254   2,19   0,87%
  • IDX30 416   4,77   1,16%
  • IDXHIDIV20 477   5,07   1,07%
  • IDX80 120   1,30   1,09%
  • IDXV30 123   1,76   1,45%
  • IDXQ30 132   1,14   0,87%

Harga batubara tergencet proyek energi baru


Selasa, 13 Oktober 2015 / 07:29 WIB
Harga batubara tergencet proyek energi baru


Reporter: Namira Daufina, Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Prospek harga batubara masih suram. Program negara-negara maju menggalakkan penggunaan energi terbarukan menyulitkan batubara untuk bangkit. Mengutip Bloomberg, Jumat (9/10), batubara pengiriman November 2015 di ICE Futures Exchange turun 0,37% ke level US$ 53,50 per metrik ton (MT).

Sejak bulan lalu, harga batubara terlihat dalam tren turun. Padahal, per 1 September 2015, harga bahan bakar fosil ini sempat bertengger di level US$ 58,20 per MT.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo mengatakan, harga batubara sulit bangkit, meskipun harga minyak mentah sedang naik. Ini akibat penurunan permintaan dari sejumlah negara, terutama negara maju. Tren penurunan permintaan tercermin dari data tahun lalu.

Department Energy and Climate Change Inggris mencatat, pengunaan batubara untuk pembangkit listrik pada tahun lalu turun menjadi 30% dari tahun 2013 sebesar 36%. Pengurangan penggunaan batubara di Inggris yang paling signifikan di antara negara-negara maju yang tergabung dalam G20.

Negara-negara maju memang sedang menggalakkan penggunaan energi terbarukan, seperti tenaga air dan panas bumi.

Andri Hardianto, Research and Analyst Fortis Asia Futures, bilang, permintaan global kian lesu, karena perekonomian China loyo. Belum lagi, batubara bersaing dengan gas alam yang harganya lebih murah dan ramah lingkungan.

Di Amerika Serikat penggunaan batubara untuk pembangkit energi mulai dikurangi dan diganti dengan gas alam. "Efeknya, suplai di pasar global menumpuk. Ini kian membebani harga," ujarnya.

Itu sebabnya Andri menduga, tren harga batubara masih bearish hingga akhir tahun ini. Namun, ada katalis positif yang mungkin mengangkat harga batubara di jangka panjang. Diprediksi pertengahan tahun 2016-2017 akan ada peningkatan permintaan batubara dari Asia.

Negara Asia masih sulit mengganti penggunaan batubara dengan energi baru karena biayanya lebih mahal. Selain itu, produsen batubara yang dipimpin Glencore Plc sedang melobi kelompok Green Climate Fund PBB untuk membiayai proyek pengembangan batubara beremisi rendah.

Lobi dilakukan demi mempertahankan posisi batubara sebagai sumber utama pembangkit energi. Maklum, negara berkembang mayoritas masih mengandalkan batubara sebagai sumber energi. Jika upaya ini berhasil, batubara bisa kembali berjaya.

"Tetapi upaya ini belum bisa melepaskan batubara dari tekanan hingga akhir tahun nanti," lanjut Andri. Merespons data China Sepanjang pekan ini, pasar batubara akan disetir rilis data ekonomi China. Menurut Andri, apabila Negeri Tiongkok membukukan surplus neraca dagang, bisa menjadi sentimen positif bagi batubara.

Sebab, data itu mengindikasikan aktivitas industri mulai pulih. Sebaliknya, data negatif tentu akan menggerus harga batubara. Prediksi Andri, sepekan harganya bergulir antara US$ 52-US$ 54,8 per MT. Wahyu menduga, harga batubara masih akan turun, namun terbatas di kisaran US$ 48-US$ 57 per MT.

"Pesimisme pasar terhadap kenaikan Fed fund rate tahun ini seharusnya jadi peluang harga komoditas rebound," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×