kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gunawan Dianjaya Steel merger demi tingkatkan efisiensi dan kemampuan bersaing


Minggu, 24 Juni 2018 / 18:55 WIB
Gunawan Dianjaya Steel merger demi tingkatkan efisiensi dan kemampuan bersaing
ILUSTRASI. Pabrik baja GDST


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen baja PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) bakal menyegerakan merger dengan PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) pada tahun ini. Manajemen GDST dan JRPS bersama-sama akan menggabungkan JRPS ke dalam GDST mulai 16 Agustus 2018.

Hadi Sutjipto, Direktur Keuangan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) mengatakan merger dapat dilaksanakan lantaran latar belakang kepemilikan mayoritas saham dan manajemen keduanya sama. "Maka akan lebih efisien jika digabung," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (24/6).

Efisiensi ini tak terlepas dari keinginan perseroan untuk meningkatkan daya saing di pasar. "Dengan efisiensi yang baik otomatis kemampuan bersaingnya bisa meningkat," kata Hadi.

Apalagi, kata Hadi, persaingan dengan baja impor di dalam negeri ini masih ketat. Disamping adanya tantangan industri baja ke depan akibat perang dagang antara AS dengan China.

Sebenarnya, permintaan dalam negeri masih sangat prospektif. "Tapi karena harga minyak dunia naik terus dan baja adalah salah satu komoditas internasional harga internasionalnya ya ikut naik dan harga domestik ya ikut naik juga, disini mungkin permintaan agak tertekan," urai Hadi.

Menilik laporan keuangan tahun 2017 pendapatan bersih perseroan melesat 61% dari Rp 757 miliar di tahun sebelumnya menjadi Rp 1,22 triliun. Namun memang beban pokok penjualan ikut terkerek 70% menjadi Rp 1,1 triliun.

Melemahnya kurs rupiah terhadap Dolar AS akhir-akhir ini juga dirasakan berdampak bagi produsen baja seperti GDST. "Namun kami konservatif saja, setiap rupiah hasil dari oenjualan langsung kami konverasikan ke Dolar AS," ungkap Hadi.

Sepanjang tahun lalu perseroan tercatat mengalami kerugian selisih kurs mencapai Rp 14 miliar. Meningkatnya beban keuangan dan administrasi mengakibatkan laba bersih GDST turun 51% dari Rp 27 miliar di tahun sebelumnya menjadi Rp 13 miliar di 2017 kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×