Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kapitalisasi pasar saham Filipina sepanjang 2018 merosot hingga US$ 20 miliar. Potensi anjloknya pasar Filipina tersebut, rupanya telah terlihat sejak November tahun lalu.
Dikutip dari Bloomberg, Indeks Bursa Efek Filipina mencatatkan penurunan 2,3% pada perdagangan Selasa (17/4), sekaligus posisi yang terendah sejak Mei 2017. Sepanjang tahun 2018 berjalan hingga Selasa (17/4), indeks saham Manila telah terjun 10%.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, indikasi flow fund di pasar saham Filipina terlihat sedikit aneh sejak sepekan lalu. Meskipun ia mengaku tidak tahu persis indikasinya, namun banyak faktor eksternal seperti risiko kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang turut berkontribusi.
“Rencana kenaikan Fed Fund Rate (FFR) tahun ini memiliki pengaruh luas, mengingat likuiditas yang dikeluarkan The Fed mengalir ke pasar-pasar keuangan emerging market,” kata Hans kepada KONTAN di Jakarta, Rabu (18/4).
Selain itu, tensi politik Korea Utara yang sempat memanas di awal tahun, kekhawatiran perang dagang antara China dan AS, serta sikap Presiden AS Donald Trump yang meluncurkan serangan ke Suriah, turut mempengaruhi pergerakan pasar di negara berkembang sejak awal 2018.
Namun, Hans optimistis di tengah berbagai risiko tersebut, pasar keuangan Asia Tenggara termasuk Indonesia akan tetap menarik. Ini didukung posisi yield negara berkembang yang cukup tinggi. “Masih menarik, apalagi Indonesia termasuk yang paling tinggi di Asia Tenggara, ditambah lagi perbaikan rating dengan outlook stabil dari Moody's,” jelasnya.
Terkait masih maraknya investor asing yang keluar dari pasar saham, termasuk bursa Indonesia, Hans mengaku belum mengkhawatirkan. “Asing memang sempat keluar, pasar saham boleh turun, tapi bond kita masih tetap baik,” ungkapnya.
Di samping itu, Hans menyebutkan, sikap investor asing yang mengurangi portofolio di pasar keuangan, semata untuk mengurangi risiko ke depan. Namun, ia menganggap kondisi pasar keuangan Tanah Air cukup kuat, dengan kepemilikan lokal saat ini sudah melebihi 50%.
“Jadi hampir sama kuat kepemilikan asing dengan lokal, sehingga pasar kita sudah enggak didikte dari investor asing,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News