kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garuda Indonesia (GIAA) mengkaji kenaikan tarif tiket pesawat


Selasa, 09 Juni 2020 / 20:44 WIB
Garuda Indonesia (GIAA) mengkaji kenaikan tarif tiket pesawat
ILUSTRASI. Garuda Indonesia (GIAA) mengkaji kenaikan tarif hingga 20%.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terus berupaya untuk bangkit walaupun bisnisnya babak belur dihantam pandemi Covid-19. Teranyar, emiten penerbangan milik negara ini akhirnya bisa menambah kapasitas angkut penumpang dalam penerbangan menjadi 70% dari semula 50%.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, saat ini pihaknya sedang fokus untuk mencari cara agar pelanggan tak menanggung biaya tambahan, misalnya saja sekarang ini penumpang pesawat harus memiliki surat bebas corona hasil rapid test.

Menurut Irfan, adanya tambahan biaya bagi pelanggan dapat memangkas jumlah penumpang. Kalaupun tingkat okupansi terisi penuh sebesar 70%, emiten ini masih harus menutup kehilangan keuntungan.

"Pertanyaannya adalah, apakah ada biaya yang bisa diturunkan? Apakah harga avtur bisa diturunkan, atau harga parkir juga bisa diturunkan?" ungkapnya pada saat diskusi online, Selasa (9/6).

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) menambah kapasitas penumpang jadi 70%

Selain menekan biaya operasional, sambungnya, menaikkan harga tiket juga bisa menjadi salah satu alternatif bagi perusahaan ini. Irfan mengaku, pihaknya masih membahas penyesuaian harga tiket.

Yang jelas, Irfan memastikan kalaupun ada kenaikan harga tiket maksimal 20%. "Kalau kami naikkan maksimum 20% enggak sampai dua kali lipat," tambahnya.

Dia juga memprediksi prioritas pelanggan ke depan akan lebih kepada rasa aman dan nyaman. Sehingga, penumpang tak hanya memilih maskapai dari segi harganya saja, tapi juga keselamatan dan kenyamanan. Penyesuaian harga tiket ini juga sejalan dengan upaya Garuda menjalankan protokol kesehatan lantaran membutuhkan biaya lebih.

Baca Juga: Garuda Indonesia berharap animo masyarakat menggunakan pesawat meningkat

Tak hanya melakukan efisiensi, GIAA juga menggenjot pendapatan dari kargo. Emiten BUMN ini mengoptimalkan bisnis angkutan pengiriman kargo dan memasang target pergerakan trafik yang lebih tinggi.

Sebagai informasi, sepanjang tahun lalu Garuda Indonesia berhasil membalik posisi rugi menjadi laba. GIAA mengantongi laba yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk sebesar US$ 6,99 juta, dari sebelumnya yang masih mencatat rugi hingga US$ 231,13 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×