kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten bersaing sengit di pasar dunia maya


Rabu, 15 Maret 2017 / 12:48 WIB
Emiten bersaing sengit di pasar dunia maya


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Emiten ritel belum bisa berkelit dari siklus pelemahan bisnis selama periode kuartal pertama setiap tahun. Di periode ini, daya beli masyarakat belum sepenuhnya bangkit dan beralih ke sektor ritel.

Ini terlihat dari rerata penjualan per toko atau same sales store growth (SSSG) sejumlah emiten ritel yang cenderung melemah. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), misalnya, memprediksi SSSG di kuartal I 2017 tumbuh single digit, yakni 6%.

Bahkan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) mencatatkan penurunan SSSG sekitar 6% sepanjang Februari tahun ini. "Hal itu mengindikasikan penurunan penjualan," ujar analis NH Korindo Securities Bima Setiaji ke KONTAN, Selasa (14/3).

Pendapat senada disampaikan Laura Taslim, analis Mandiri Sekuritas. Siklus penurunan bisnis ritel terjadi di kuartal pertama. Masalahnya, hal ini menjadi tidak biasa karena ditambah sentimen negatif penurunan daya beli.

Melemahnya bahkan sejak akhir tahun lalu. Ini terlihat dari porsi pengeluaran konsumsi masyarakat terhadap GDP yang turun menjadi 4,99% year-on-year (yoy) pada kuartal IV-2016. Padahal di kuartal III-2016, angkanya tercatat 5,01% (yoy). "Demo besar-besaran di Jakarta sepanjang periode tersebut makin memperburuk penjualan ritel," kata Laura dalam risetnya belum lama ini.

Oleh karena itu, wajar jika bisnis ritel melemah di kuartal pertama. Sebab, di periode itu belum ada sentimen yang mendongkrak penjualan. Berbeda dengan kuartal keempat, di mana ada momentum Natal dan Tahun Baru.

Tahun ini, lebaran dan libur sekolah muncul pada kuartal kedua. "Jadi, peluang kenaikan penjualan ritel baru akan terlihat mulai April," ungkap Bima.

RALS menjadi salah satu emiten yang dijagokan jika mengacu sentimen itu. Puncak penjualan RALS diproyeksikan terjadi pada kuartal kedua tahun ini. Pada periode tersebut, penjualan RALS bisa naik dua hingga tiga kali lipat dibanding bulan biasa. Penjualan RALS pada Februari kemarin tercatat Rp 421 miliar.

Laura menambahkan, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) juga salah satu yang prospektif. Apalagi, jika mempertimbangkan kemampuan MAPI menjaga margin. "MAPI punya ruang memperlebar margin didorong manajemen inventori yang baik," kata dia.

Terlepas dari sentimen makro, prospek bisnis peritel tahun ini bakal didorong booming-nya era digital. E-commerce bakal menjadi penggerak utama bisnis ritel mulai tahun ini.

Masing-masing peritel memang sudah memiliki e-commerce. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) punya Ruparupa.com. MPPA dan LPPF mengusung Mataharimall.com. Adapun RALS sudah punya Ramayana.co.id. Belum lagi sejumlah peritel lain yang memiliki layanan serupa.

Namun, banyaknya e-commerce belum membuat persaingan sesak. "Soalnya, persaingan di sektor ini masih di fase sangat muda," imbuh analis Danareksa Sekuritas Adeline Solaiman.

Berdasarkan survei yang dia lakukan pada Februari lalu, dari total 1.724 responden, baru 9,3% yang sudah bertransaksi secara daring. Jadi, kata Adeline, sektor ini masih sangat potensial.

Potensi cashflow dari layanan itu juga cukup besar. Apalagi segmen pakaian dan elektronik. "Karena sekali transaksi, rata-ratanya sekitar Rp 500.000 untuk transaksi pakaian dan perangkat elektronik," cetus Adeline.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×