kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Emiten batubara bisa berharap dari pendapatan ekspor


Senin, 26 Februari 2018 / 22:36 WIB
Emiten batubara bisa berharap dari pendapatan ekspor
ILUSTRASI. Tambang Batubara PT Adaro


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lantaran tak ingin tarif listrik melonjak, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merumuskan harga batas atas dan batas bawah batubara domestic market obligation (DMO) khusus keperluan listrik.

Walau belum ditetapkan secara resmi, Tim Perumus harga batubara menetapkan harga batubara DMO untuk keperluan listrik berada di kisaran harga US$ 65-US$ 70 per ton. Jumlah ini lebih rendah dibanding usulan dari Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) sebesar US$ 85 per ton, namun lebih tinggi dari usulan PLN sebesar US$ 60 per ton. Yang jelas, harga batubara DMO ini lebih rendah dibanding harga batubara di pasar global yang kini mencapai US$ 100 per ton.

Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan mengatakan, penetapan harga batubara ini bisa berdampak negatif ke emiten batubara yang menyuplai ke PLN seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). "Margin laba mereka jadi turun karena saat ini harga batubara di pasar spot sedang bagus," ujarnya kepada KONTAN, Senin (26/2).

Meski begitu, ia masih optimistis pendapatan dari ekspor bisa menutup penurunan pendapatan dari penjualan domestik. Pasalnya, tingginya harga batubara saat ini justru membuat emiten batubara terus menggenjot produksi. Dengan begitu, jumlah produksi yang bisa diekspor bisa lebih banyak sehingga turunnya pendapatan dari penjualan domestik bisa tertutupi dari penjualan luar negeri.

Lagipula, batubara yang digunakan untuk keperluan lisrik umumnya memiliki kalori rendah. Hal tersebut membuat harga jual batubara untuk PLN lebih rendah dibanding untuk ekspor.

"Jadi, batubara berkalori tinggi bisa diekspor dan para emiten batubara tersebut bisa menjualnya dengan harga tinggi," terang Alfred.

Di sisi lain, penetapan harga batubara DMO ini berpotensi memberikan dampak positif ke emiten batubara kala harga di pasar spot sedang melemah lantaran bisa meningkatkan margin keuntungan para emiten batubara tersebut.

Ia melihat saham ADRO dan PTBA masih jadi saham tambang batubara pilihan di tahun ini. Pada penutupan perdagangan hari ini, saham ADRO ditutup melemah 3,63% ke level Rp 2.330 sedangkan saham PTBA ditutup turun 4,71% ke level Rp 3.240.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×