kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emas mampu menguat di tengah rapat FOMC


Rabu, 21 Maret 2018 / 13:59 WIB
Emas mampu menguat di tengah rapat FOMC
ILUSTRASI. Harga Emas


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah berlangsungnya pertemuan dua hari Federal Open Market Committee (FOMC), harga emas bergerak volatil. Setelah sempat melemah di awal sesi perdagangan, emas berbalik menguat pada siang ini. Pasar masih menanti kepastian arah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, Rabu (21/3) pukul 13.15 WIB, harga emas kontrak pengiriman April 2018 di Commodity Exchange naik 0,7% ke level US$ 1.312,80 per ons troi. Sebelumnya, harganya sempat turun menyentuh level US$ 1.309,60 per ons troi.

Meski The Federal Reserves akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi setelah diumumkan hal itu dianggap biasa saja. Investor lebih waspada terhadap terhadap potensi empat kali kenaikan suku bunga pada tahun ini.

“Pasar akan melihat panduan ke depan untuk melihat prospek dollar AS,” ujar Alasdair Macleod, Kepala Riset Goldmoney Inc seperti dilansir Reuters, Rabu.

Ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih cepat pada tahun ini menyebabkan emas jatuh hingga 4% dari level tertinggi bulan Januari. Bagaimanapun suku bunga yang lebih tinggi pasti akan menguntungkan dollar AS, sehingga menjatuhkan emas.

Namun, Stephen Innes, Kepala perdagangan APAC di OANDA melihat masih ada katalis positif yang bisa menahan kejatuhan emas. Diantaranya ketegangan geopolitik, kekhawatiran inflasi AS hingga ancaman perang dagang.

Pada Selasa (20/3), data kepemilikan emas di SPDR Gold Trust menunjukkan penurunan 0,04% setelah mencuat kabar Presiden Trump akan mengumumkan menarik pajak sebesar US$ 60 juta terhadap produk asal China.

“Investor khawatir tindakan Trump bakal meningkat menjadi perang dagang, jika China dan negara lain membalas maka itu bisa mengancam pertumbuhan global,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×