Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Di tengah rencana penurunan target kredit perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) akan menerbitkan obligasi sekitar Rp 3 triliun. Dana obligasi untuk mengembangkan bisnis, yakni penyaluran kredit berdasarkan prinsip prudential banking dan good governance.
Analis MNC Securities, Zabrina Raissa mengatakan, penerbitan obligasi dapat memperkuat pendanaan BBRI. Sehingga sumber pendanaan BBRI terdiversifikasi. Apalagi, "Di deposito BRI, mayoritas berjangka dua-tiga bulan," ujar dia, Rabu (17/6).
Andi Wibowo Gunawan, Analis Sucorinvest Central Gani, menambahkan, penerbitan obligasi tak mempengaruhi keuangan BBRI. "Jumlahnya terlihat besar, tapi dari komposisi interest expense masih kecil," jelas dia.
BBRI memiliki ruang pertumbuhan kredit, terutama di segmen mikro yang merupakan penyumbang terbesar penyaluran kredit BRI. "Ini nampak dari loan to deposit ratio (LDR) BBRI di kuartal I-2015 di 80%," ujar Andi. Meski kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) di kuartal I-2015 tumbuh rata-rata 11,28% year on year (yoy) ia yakin, BRI memiliki manajemen risiko yang baik.
Zabrina memperkirakan, penyaluran kredit BBRI tahun ini tumbuh 14% tahun ini dengan pertumbuhan kredit mikro 19%. Akhmad Nurcah-yadi, analis Samuel Sekuritas dalam riset 22 Mei 2015 menuliskan, NPL di segmen konsumer dan mikro BBRI dapat melambat. BBRI diharapkan meningkatkan kualitas aset serta didukung NPL rendah segmen konsumen dan mikro. "Kami mencatat kinerja rendah BRI akibat faktor musiman," terang Akhmad.
BBRI juga selalu dekat dengan nasabah. Walhasil, dominasi BBRI di segmen mikro kian solid. Produk Kupedes Rakyat yang meluncur di kuartal I-2015 menghasilkan Rp 6,7 triliun pinjaman baru. Teras BRI sebagai perpanjangan outlet unit BRI menambah 9,1% dari total kredit mikro di kuartal I-2015. Kredit mikro tumbuh 34,9% yoy pada kuartal I-2015.
Zabrina optimistis, BBRI memimpin segmen ini dengan pangsa pasar 42,8%. BBRI memiliki jaringan distribusi kredit terluas, lebih dari 10.000 kantor layanan. BBRI juga memiliki satelit yang menjangkau daerah terpencil sehingga meningkatkan efektivitas berkomunikasi. "Pembangunan infrastruktur proyek pemerintah, menjadi salah satu target penyaluran kredit oleh BBRI di 2015," ujar dia.
Di kuartal I-2015 sektor perbankan melambat. Tapi, BBRI berhasil mengantongi laba bersih Rp 6,1 triliun, naik 3,4% yoy dibandingkan kuartal sebelumnya. Pendapatan bunga BBRI tumbuh 22% yoy menjadi Rp 20 triliun. Namun, kenaikan tersebut diimbangi melonjaknya beban bunga 60,2% yoy, menjadi Rp 7 triliun. Ini lantaran kenaikan cost of fund sebagai akibat bunga deposito berjangka.
Zabrina memperkirakan, tahun ini pendapatan bunga BBRI mencapai Rp 61,6 triliun, tumbuh 19,8% dibandingkan 2014 di angka Rp 51,4 triliun. Sedangkan laba diperkirakan Rp 29,7 triliun atau tumbuh 15%. Akhmad menargetkan, pendapatan Rp 55,23 triliun dan laba bersih sebesar Rp 25,86 triliun. Ketiga analis menyarankan buy. Akhmad memasang di Rp 14.500, Zabrina di Rp 14.296 dan Andi di Rp 14.300 per saham.
Pada penutupan bursa Rabu (17/6), harga BBRI naik 4,27% jadi Rp 11.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News