Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) terus mematangkan proses divestasi sejumlah anak usahanya. Kabar terbaru, perusahaan Grup Bakrie ini akan melepas salah satu perusahaan pabrikasi pipa baja miliknya pada Juni tahun 2012 ini.
Sayang, Eddy Soeparno, Direktur Keuangan BNBR masih enggan mengungkapkan identitas anak usaha yang akan dilepas itu. "Yang jelas, salah satu perusahaan pipa diharapkan sudah bisa dilepas pertengahan tahun ini," ujar dia kepada KONTAN, kemarin (7/2).
Seperti diketahui, BNBR berniat melepas kepemilikan saham pada dua anak usaha di sektor pabrikasi pipa baja, yakni Bakrie Pipe Industries (BPI) dan South East Asia Pipe Industries (SEAPI). Di BPI, BNBR memiliki 99,99% saham. Sedang, melalui BPI, BNBR menguasai 99,82% saham di SEAPI.
Berdasarkan laporan keuangan BNBR per akhir kuartal III 2011, nilai aset BPI tercatat sebesar
Rp 1,64 triliun. Sedang nilai aset SEAPI senilai Rp 584,32 miliar. Sayang, Eddy masih enggan mengomentari apakah nilai divestasi akan setara dengan nilai aset perusahaan atau tidak.
Namun, jika diasumsikan BPI dan SEAPI berhasil dijual setara dengan nilai asetnya, maka total dana segar yang bisa diraup BNBR mencapai Rp 3,22 triliun.
Hingga kini, Eddy masih menutup rapat identitas investor yang telah berminat. Ia hanya menyebutkan, para peminat anak usaha BNBR berasal dari Eropa, Amerika Latin, dan Asia.
BNBR akan melepas sekitar 40% hingga 60% saham anak perusahaan tersebut. Setelah satu divestasi anak usaha itu kelar di semester-I 2012, maka di semester berikutnya giliran perusahaan pipa lainnya yang akan disapih.
Mayoritas dana divestasi tersebut sekitar 70% akan dialokasikan untuk mendanai proyek yang ada di Bakrie Infrastructure Fund. "Sedang, sisanya untuk membayar utang jangka pendek perseroan yang jatuh tempo tahun ini," ujar dia.
Biayai proyek
Keranjang investasi yakni Bakrie Infrastructure Fund yang sedang disiapkan BNBR akan menampung dana para pemodal. Dana itu kemudian dipakai untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur BNBR. Target perolehan dana yang diincar Bakrie Infrastructure Fund berkisar US$ 200 juta-US$ 250 juta.
Sudah ada sejumlah investor yang bersedia untuk menempatkan dananya di keranjang investasinya itu. Di antaranya berasal dari sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Adapun proyek-poryek infrastruktur itu antara lain PLTU Tanjung Jati A, pembangkit listrik berbahan bakar batubara di Kalimantan Timur, dan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Flores, Nusa Tenggara Timur.
BNBR menargetkan menguasai 51% dari proyek PLTU Tanjung Jati A senilai US$ 2 miliar. Di pembangkit listrik berbahan bakar batubara di Kalimantan serta pembangkit listrik berbahan bakar panas bumi, BNBR menargetkan memiliki masing-masing 30% saham.
Sedangkan untuk kewajiban pelunasan utang tahun ini, di antaranya BNBR, memiliki total repurchase agreement (repo) senilai Rp 295 miliar. Tapi Eddy bilang, utang repo yang jatuh tempo sekitar Januari-Maret 2012 itu telah diperpanjang pembayarannya selama tiga bulan.
BNBR seharusnya juga membayar utang obligasi jangka menengah kepada MSN Tara Ltd and Piper Price & Company Ltd senilai Rp 857,43. Ada juga utang obligasi yang jatuh tempo ke Interventures Capital Pte Ltd (ICPL) senilai Rp 1,26 triliun.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities, berpendapat, langkah BNBR menjual aset adalah bagian dari program restrukturisasi. "Bisnis BNBR akan semakin fokus," kata Edwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News