kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Astra International diversifikasi ke ranah digital


Selasa, 13 Februari 2018 / 08:45 WIB
Astra International diversifikasi ke ranah digital


Reporter: Eldo Christoffel Rafael, Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) makin agresif melakukan diversifikasi bisnis. Kali ini, ASII menyuntik dana investasi ke perusahaan rintisan (startup) Gojek. Nilainya mencapai US$ 150 juta atau sekitar Rp 2 triliun.

Direktur Utama ASII Prijono Sugiarto mengatakan, pihaknya tak ingin ketinggalan masuk dalam pertumbuhan ekosistem digital. Ia melihat adanya benang merah antara bisnis Astra dengan Gojek. Apalagi, saat ini Astra juga tengah merambah bisnis digital lewat Astra Digitalisasi Program (ADP).

Prijono menambahkan, dalam satu tahun, ASII bisa menjual 4,5 juta sepeda motor dan 600.000 mobil. Jika dikonsolidasikan, ASII memiliki lebih dari 10 juta-15 juta database kendaraan. "Bukan hanya jual mobil dan motor. Mudah-mudahan digitalisasi yang dilakukan Gojek bisa berkolaborasi dengan digitalisasi Astra," ujar Prijono kepada wartawan, Senin (12/2).

ASII juga bisa mengolaborasikan bisnis lainnya dengan Gojek, seperti asuransi, perawatan kendaraan dan pembiayaan kendaraan bermotor dengan mitra Gojek.  Saat ini ASII menggenggam 56% pangsa pasar kendaraan roda empat dan menguasai 75% pangsa pasar sepeda motor di Indonesia.

Nadiem Makarim, CEO dan pendiri Gojek, mengatakan, investasi yang dilakukan ASII merupakan salah satu investasi terbesar. Ia bilang, ada banyak area bisnis yang dapat dieksplorasi Gojek bersama ASII. Salah satunya adalah ekspansi ke Papua.

Prospek saham

Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto mengatakan, masuknya ASII ke bisnis digital lewat Gojek akan berdampak positif. Menurut dia, hal ini merupakan langkah strategis untuk mengantisipasi kelesuan industri otomotif.

Apalagi, persaingan bisnis di sektor ini makin ketat. "Jadi kalau bisnis utama kandas, ASII masih punya lini bisnis lain,”  ujar David.

Kendati demikian, David menilai investasi yang dilakukan ASII di Gojek tidak akan banyak mempengaruhi laporan keuangan ASII dalam waktu dekat. Dus, rasio keuangan ASII usai investasi ini belum akan banyak berubah.

Ekspansi ini juga belum akan mengubah haluan bisnis ASII secara signifikan. Menurut David, bisnis non-otomotif ASII yang paling potensial saat ini masih PT United Tractors Tbk (UNTR).

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menambahkan, dengan Gojek, ASII bisa membangun jaringan bisnis yang lebih luas. "Ini jadi pelengkap bisnis utama mereka," ujar dia.

Apalagi Gojek sudah beroperasi di luar Jawa. Bagi Grup Astra, hal ini bisa dimanfaatkan untuk memperbesar pangsa pasar otomotif. Maklum, menurut Alfred, dari berbagai lini bisnis yang dimiliki ASII, hanya bisnis otomotif yang belum kecipratan sentimen positif.

Ia mengambil contoh, bisnis keuangan ASII sudah mulai mendaki. Begitu pula bisnis alat berat, properti dan infrastruktur, yang makin menggeliat.  Alhasil, dengan melakukan investasi di Gojek, ASII punya bargaining power untuk menguatkan bisnis penjualan kendaraan maupun penjualan onderdil.

Saat ini, ASII berbisnis komponen melalui PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). Harapannya, dampak jangka pendek dari kerjasama ini bisa mulai terlihat dari raihan pangsa pasar otomotif ASII di kuartal II dan kuartal III mendatang. "Dengan jumlah mitra Gojek yang sudah ada, ASII bisa punya data untuk mengincar konsumen yang ingin mengganti kendaraannya," kata Alfred menganalisis.

Karena prospeknya yang kinclong, David merekomendasikan beli saham ASII dengan target harga jangka pendek di Rp 8.500 per saham. Hingga akhir 2018, David memprediksi saham ASII bisa mencetak return sebesar 10%-20%. Sehingga, David memasang target harga ASII jangka menengah di level Rp 9.500 per saham.

Saat ini, price to earning ratio (PER) ASII tercatat sebesar 17,56 kali dengan price to book value ratio (PBV) sebesar 2,23 kali. Kemarin, saham ASII ditutup stagnan di level Rp 8.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×