kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asing berangsur-angsur melepas saham LQ45


Selasa, 20 Maret 2018 / 20:10 WIB
Asing berangsur-angsur melepas saham LQ45
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dalam tren bearish. Selama beberapa hari terakhir, IHSG ditutup melemah. Pada perdagangan Selasa (20/3), indeks kembali ditutup turun 0,73%.

Arah penurunan IHSG sejalan dengan penurunan indeks LQ45. Hari ini, indeks LQ45 tercatat turun sebesar 0,86%. Sedangkan secara year to date, indeks ini sudah merosot 4,83%.

Investor asing juga nampak meninggalkan saham-saham bluechip. Data RTI memperlihatkan, pada Selasa, saham TLKM paling banyak dijual asing dengan total Rp 394,7 miliar, lalu BBCA dengan nilai Rp 106,6 miliar, BMRI senilai Rp 91,2 miliar, UNTR dengan nilai Rp 72,8 miliar, dan BBNI sebesar Rp 64,8 miliar.

Sedangkan, dalam sepekan terakhir, beberapa saham bluechip yang banyak dijual asing, diantaranya TLKM dengan total nilai penjualan Rp 921,0 miliar. Diikuti, saham ASII dengan total nilai Rp 602,3 miliar, BBRI sejumlah Rp 518,7 miliar, BMRI sebesar Rp 442,5 miliar, dan UNTR dengan total nilai penjualan Rp 391,6 miliar.

Sedangkan sejak awal tahun hingga saat ini, saham bluechip yang banyak dilego asing, yakni BBRI dengan total nilai penjualan Rp 5,5 triliun. Kemudian ASII senilai Rp 3,6 triliun, TLKM sebesar Rp 3,3 triliun, UNVR dengan total Rp 1,8 triliun, dan BBNI sejumlah Rp 1,3 triliun.

Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, saat ini, saham-saham tersebut juga sudah jenuh beli. Pada akhirnya sebagian saham telah terkoreksi dengan memanfaatkan momentum sentimen negatif dari bursa global dan pelemahan rupiah. “Potensi IHSG masih mencetak return dibandingkan dengan tahun lalu, termasuk LQ45,” kata Bertoni kepada KONTAN, Selasa (20/3).

Sedangkan pada saham second liner, dia melihat, saham yang sudah menguat sebelumnya, kemudian terkoreksi banyak. Walaupun beberapa saham second liner mencatatkan lonjakan, sebagian justru masih mencatatkan rugi dibandingkan  tahun sebelumnya. Saham lapis kedua yang mengalami lonjakan, biasanya telah jenuh jual.

Second liner sebaiknya untuk trading harian atau jangka pendek guna mencari capital gain,” saran Bertoni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×