kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arah euro berharap prospek positif data ekonomi


Rabu, 21 Februari 2018 / 07:00 WIB
Arah euro berharap prospek positif data ekonomi


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Euro berpeluang mengungguli mata uang utama dunia pekan ini. Mata uang Eropa ini berpotensi menguat bila data-data ekonomi yang dirilis pekan ini positif.

Nilai tukar euro antara lain akan dipengaruhi pengumuman indeks sektor manufaktur dan sektor jasa hari ini. "Jika data positif, pekan ini akan jadi pekan rebound bagi euro," kata Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures, kemarin.

Sejauh ini, konsensus analis memang memprediksi kedua indeks tersebut akan turun tipis. Indeks sektor manufaktur bulan ini akan turun ke 59,2 dari level 59,6 bulan lalu. Sedang indeks sektor jasa turun tipis dari 58 jadi 57,7.

Cuma, pelaku pasar juga menilai inflasi di benua biru ini masih stabil. Konsensus analis memprediksi tingkat inflasi Eropa di Januari akan stabil di 1,3%. Dus, kurs euro masih punya peluang menguat terhadap yen, poundsterling dan dollar Amerika Serikat.

Kemarin, per pukul 21.33 WIB, EUR/JPY naik tipis 0,07% jadi 132,35. Selain karena sentimen prospek ekonomi Eropa, yen tertekan naiknya defisit neraca dagang Januari jadi ¥ 943,4 miliar. Wahyu menilai euro masih bisa menguat terhadap yen.

Tetapi, euro melemah terhadap dollar AS. EUR/USD turun 0,41% jadi 1,2356. Tapi, analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menyebut ini hanya koreksi teknikal. "Euro terus naik hingga akhir pekan kemarin, jadi wajar kalau pekan ini koreksi," kata dia.

Alwi yakin euro hanya melemah sementara. Dalam jangka menengah, tren euro terhadap dollar AS masih bullish.

Euro juga melemah terhadap poundsterling. EUR/GBP turun 0,45% jadi 0,8823. Pasangan kurs ini cenderung sideways sejak pekan lalu. Maklum, inflasi Inggris cukup tinggi, mencapai 3%. "Itu sebabnya pergerakan pasangan kedua mata uang ini cenderung sideways," kata Putu Agus Prasuamitra, analis Monex Investindo Futures.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×