kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aneka Tambang (ANTM) Ungkap Tantangan di 2024, dari Harga Komoditas hingga Perizinan


Jumat, 10 Mei 2024 / 05:25 WIB
Aneka Tambang (ANTM) Ungkap Tantangan di 2024, dari Harga Komoditas hingga Perizinan
ILUSTRASI. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengantisipasi sejumlah kendala yang berpotensi mempengaruhi kinerja.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk atau Antam (ANTM) mengantisipasi sejumlah kendala yang berpotensi mempengaruhi kinerja dan rencana bisnisnya di tahun ini. 

Direktur Utama Antam Nicolas D. Kanter menyoroti dua tantangan yang dihadapi oleh emiten tambang mineral pelat merah tersebut.

Pertama, adanya gejolak geopolitik yang membuat volatilitas harga komoditas global semakin kencang. Seperti diketahui, kinerja keuangan emiten tambang termasuk Antam akan sangat sensitif terhadap pergerakan harga komoditas.

Meski di satu sisi lonjakan harga komoditas bakal mendongkrak kinerja bisnis Antam. 

Baca Juga: Alasan Aneka Tambang (ANTM) Bagi Dividen Rp 3,07 Triliun, 100% dari Laba 2023

"Gejolak geopolitik mengakibatkan harga komoditas akan sangat volatile. Harga nikel tiba-tiba bisa naik, harga emas juga tiba-tiba jadi tinggi sekali," kata Nico dalam konferensi pers yang digelar Rabu (8/5).

Harga komoditas ini juga akan berdampak terhadap keeokonomian proyek. Seperti pada Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH), proyek pengolahan bijih nikel menjadi feronikel. 

Tren penurunan harga feronikel membuat Antam harus mengkalkulasi ulang cash cost P3FH, terutama dari sisi biaya penyediaan tenaga listrik.

Antam pun masih berdiskusi dengan PT PLN (Persero) untuk mencari formulasi harga yang ideal. 

"Karena sekarang kan feronikel continue to go down, sehingga cash cost yang kami hitung dulu, sekarang jadi nggak memenuhi. Sebenarnya listriknya sudah ada, kami masih mencari solusi agar tetap governance," terang Nico.

Kedua, tantangan dari sisi perizinan. Dalam hal ini Nico menyoroti semakin ketatnya pemerintah dalam memberikan persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) perusahaan tambang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun belum sepenuhnya menyetujui RKAB yang diajukan Antam untuk periode 2024 - 2026.

Termasuk di antaranya dua aset yang punya kontribusi besar bagi kinerja operasional Antam dan untuk menopang pengembangan EV battery ecosystem. "Belum memperoleh RKAB (secara menyuluruh) dari yang kami ajukan, termasuk di dua aset yang sebenarnya berkontribusi besar," ungkap Nico.

Masih terkait dengan regulasi, Antam juga masih menanti terbitnya revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. 
Selain itu, Nico turut menyoroti koordinasi antara Kementerian Investasi/BKPM dengan Kementerian ESDM terkait dengan perizinan untuk proyek pertambangan.

"Ini kan suatu masalah yang sering dihadapi, karena dengan maksud baik daripada Kementerian, kadang-kadang koordinasinya tidak berjalan mulus, sehingga jadi lama, dan PP juga belum keluar," ujar Nico.

Baca Juga: Saham Defensif & Komoditas Berikut Bisa Jadi Pilihan Saat Capital Outflow Masih Deras

Meski begitu, ANTM tetap optimistis mengejar pertumbuhan  kinerja operasional pada komoditas utamanya. Di produk feronikel, ANTM menargetkan volume produksi dan penjualan di tahun 2024 masing-masing sebesar 22.464 ton nikel dalam feronikel (TNi).

Target itu tumbuh 5% dari produksi unaudited feronikel tahun 2023 di 21.473 TNi dan tumbuh 12% dari penjualan unaudited feronikel 20.138 TNi. Target tersebut memperhitungkan outlook penyerapan produk feronikel di pasar global, kondisi pasar, serta tingkat utilisasi dan kestabilan operasi pabrik feronikel ANTM di Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Untuk komoditas bijih nikel, pada tahun ini ANTM menargetkan total produksi bijih nikel konsolidasian yang digunakan sebagai bahan baku pabrik feronikel ANTM dan penjualan kepada pelanggan domestik sebesar 20,58 juta wet metric ton (wmt). Meningkat 53% dari capaian produksi unaudited bijih nikel tahun 2023 sebesar 13,45 juta wmt.

Penjualan bijih nikel pada tahun 2024 ditargetkan mencapai 18,75 juta wmt atau meningkat 60% dari capaian penjualan unaudited bijih nikel tahun 2023 sebesar 11,71 juta wmt. Target penjualan bijih nikel tersebut seiring dengan outlook pertumbuhan industri pengolahan nikel di dalam negeri.

Untuk  komoditas emas, ANTM menargetkan produksi emas tahun 2024 yang berasal dari tambang emas Perusahaan sebesar 958 kg (30.800 ons troi). Sedangkan, untuk penjualan emas pada tahun 2024 ditargetkan mencapai 37.354 kg (1.200.959 ons troi). Meningkat 43% dari capaian penjualan unaudited emas tahun 2023 sebesar 26.129 kg (840.067 ons troi). 

Untuk komoditas bijih bauksit, ANTM menargetkan volume produksi sebesar 3,47 juta wmt sesuai dengan tingkat kebutuhan bauksit pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan dan proyeksi penjualan bijih bauksit kepada pelanggan pihak ketiga. 
Target produksi ini tumbuh sekitar 72% dibandingkan capaian produksi unaudited bijih bauksit tahun 2023 sebesar 2,01 juta wmt.

Sementara untuk penjualan bijih bauksit, ANTM menargetkan tingkat penjualan sebesar 3,05 juta wmt, meningkat 103% dibandingkan capaian penjualan unaudited bijih bauksit tahun 2023 sebesar 1,50 juta wmt. Seiring dengan larangan ekspor bijih bauksit pada tahun 2023, ANTM fokus dalam pengembangan penjualan bijih bauksit di pasar domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×