Reporter: Riska Rahman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya resmi menetapkan aturan harga batubara untuk keperluan domestik alias domestic market obligation (DMO). Lewat aturan ini, pemerintah menetapkan harga batubara DMO, terutama untuk pembangkit listrik, berada di harga US$ 70 per ton untuk batubara berkalori tinggi.
Harga tersebut juga dijadikan patokan bagi harga batubara berkalori medium dan rendah yang juga bakal dihargai lebih rendah dari harga pasar. Akibatnya, kinerja emiten yang memproduksi batubara kalori rendah seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), misalnya, bakal terpukul.
Namun, Analis Profindo Sekuritas Yuliana melihat penetapan harga ini tak akan membuat kinerja PTBA turun terlalu signifikan. "Walaupun PTBA memasok sekitar 60% dari total produksinya untuk keperluan domestik, penetapan harga ini hanya akan membuat pendapatan mereka turun sekitar 10%," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (9/3).
Meski begitu, Yuliana yakin PTBA akan berusaha menjaga pertumbuhan kinerjanya selama tahun ini. Walau pendapatan ekspor anak usaha PT Inalum ini cenderung kecil dibanding emiten batubara lainnya, PTBA pasti akan menerapkan strategi efisiensi demi menjaga penurunan kinerja agar tidak terlalu signifikan.
Nah, emiten batubara yang memiliki porsi ekspor yang besar seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Indika Energy (INDY) bisa berusaha menutup kerugian harga jual batubara dalam negeri ini dengan penjualan ke luar negeri.
Akan tetapi, tiga emiten batubara ini harus berusaha menggenjot ekspor mereka agar kinerja keuangannya tetap terjaga meski diterpa sentimen negatif dari dalam negeri.
Di sisi lain, Head of Indonesia Equity Research Citigroup Ferry Wong juga menilai PTBA bakal jadi emiten batubara yang merasakan dampak paling berat dari diterapkannya aturan ini. "Pendapatan PTBA berpotensi turun hingga 12%," ujarnya dalam riset yang dirilis Jumat (9/3).
Sementara itu, pendapatan INDY juga diprediksi bisa turun hingga 11%, begitu pula ADRO yang pendapatannya bisa turun hingga 10,2% berkat aturan ini. Namun, ITMG dipandang jadi emiten yang merasakan dampak paling kecil, dengan penurunan pendapatan sebesar 6,5% berkat besarnya porsi ekspor emiten batubara ini.
Pengesahan aturan ini diperkirakan bakal membuat saham batubara jadi volatil. Namun, Ferry masih optimistis dengan sektor ini sehingga ia menyarankan para investor untuk memanfaatkan pelemahan ini sebagai kesempatan untuk membeli saham-saham batubara.
Ferry memberikan rekomendasi trading buy untuk saham ADRO dengan PER 8,7x, buy untuk saham ITMG di PER 5,9x, buy untuk INDY di PER 4,6x, dan buy untuk PTBA di PER 7,7x.
Yuliana juga menilai pelemahan ini jadi kesempatan untuk membeli saham batubara lantaran ia yakin sektor ini masih memiliki prospek yang bagus.
Yuliana pun merekomendasikan buy on weakness untuk saham ITMG dengan target harga Rp 30.000, trading buy untuk saham PT Petrosea Tbk (PTRO) di harga Rp 3.000, buy untuk saham PTBA di level Rp 3.300, dan buy untuk ADRO di target harga Rp 2.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News