kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: IPO awal tahun belum ada yang menarik


Kamis, 10 Maret 2016 / 21:09 WIB
Analis: IPO awal tahun belum ada yang menarik


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pada awal tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan tiga emiten IPO yakni yakni PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO), PT Mitra Pemuda Tbk (MTRA), dan PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI). Sayang, ketiganya masih dianggap belum memiliki market cap yang besar dan bisa dikoleksi.

Muhammad Al Amin, Analis Milenium Danatama Sekuritas mengatakan, sampai dengan awal tahun ini belum ada emiten dengan market cap besar yang masuk ke Bursa. Apalagi calon emiten yang masuk ke pipeline bursa pada kuartal I ini juga masih merupakan emiten yang tidak memiliki market cap yang besar.

"Kalau dari semua itu, ya tentunya saham blue chip lebih menarik untuk dikoleksi. Saham-saham blue chips kan market capnya gede, trus juga lebih likuid, jadi kalau investor mau keluar atau masuk ya pasti ada yang beli," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (10/3).

Menurutnya, saat ini dari tiga yang sudah IPO dan beberapa calon IPO emiten masih belum ada yang cukup besar market capnya. Namun, dirinya mengatakan memang tidak ada aturan bahwa semua yang listing di bursa haruslah merupakan emiten dengan nilai kapitalisasi besar.

"Memang tidak ada aturan yang mengharuskan kapitalisasi pasar yang besar saja yang boleh IPO. Tapi itu jadi tidak menarik, apalagi ada wacana untuk IPO UMKM kan? itu nanti yang beli siapa? takutnya malah enggak ada yang beli," lanjutnya.

David Sutianto, Analis First Asia Capital mengatakan bahwa IPO emiten saat ini belum ada yang terkenal. Akhir tahun lalu, bursa masih kedatangan KINO yang cukup dikenal, sedangkan dari awal tahun sampai dengan pipeline IPO emiten belum ada emiten yang namanya dikenal publik.

"Kalau yang IPO seperti ini, tentu orang mending lihat saham yang jelas seperti blue chips. Kan orang beli itu karena emitennya terkenal, kalau enggak tahu ngapain beli?," ujarnya.

Yang jelas, bursa tidak boleh menghilangkan kultur kehatian-hatiannya dalm meloloskan perusahaan untuk IPO. Jangan sampai emiten yang abal-abal masik ke bursa dan menambah daftar saham tidur yang ada.

Tapi menurutnya, sejauh ini Bursa sudah bekerja dengan baik, namun harus ditingkatkan untuk mengajak perusahaan besar listing dan meramaikan bursa.

"Sekarang saja sudah banyak saham tidur, tapi orang kan selalu tanya kenapa engga ada yang listing di bursa? Sedangkan bursa punya target 35 emiten tahun ini, ya itu dilema juga untuk bursa," lanjutnya.

David bilang, saat ini banyak perusahaan-perusahaan besar yang enggan melakukan IPO di bursa karena memang capaiannya sudah baik. Tanpa harus go public pun kinerjanya sudah baik, sehingga banyak yang enggan. Bursa harus berperan lagi untuk menarik emiten-emiten yang besar untuk mau go public.

"Perusahaan-perusahaan yang bagus dan kuat itu enggak mau listed karena repot. Harus buka laporan keuangannya, harus beri informasi kalau ada apa-apa, jadi ya mereka tidak mau listing di bursa," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×