Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) belum berniat memacu ekspansi produksi anak usaha yang beroperasi di Australia, Cockatoo Coal Limited (Cockatoo), lantaran harga jual batubara masih buruk.
Ray Gunara, Presiden Direktur HRUM menuturkan, Cockatoo hanya ditargetkan memproduksi batubara sebanyak 800.000 ton di tahun ini. Target itu sama dengan realisasi produksi batubara Cockatoo di 2013 yang juga 800.000 ton.
Jika dicermati, proyeksi tersebut lebih rendah dari target Cockatoo sebelumnya yang ingin memproduksi batubara minimal sebanyak 950.000 ton di tahun 2014 ini. "Kami akan terus tingkatkan jadi 3,5 juta ton, tapi itu bertahap hingga 2016 nanti," kata Ray, di Jakarta, belum lama ini.
Target produksi itu akan dipenuhi dari tambang milik Cockatoo yang berlokasi di Baralaba, Queensland, Australia. Batubara yang diproduksi Cockatoo terbilang jenis langka, yaitu jenis ultra-low volatile pulverized coal injection (ULV-PCI).
Setiap tahun, produksi batubara ULV-PCI di seluruh dunia hanya sebanyak 40 juta ton. Batubara jenis itu biasanya banyak digunakan untuk kebutuhan bahan bakar pabrik baja. "Mayoritas batubara Cockatoo juga dieskpor ke Jepang dan Korea," terang Ray.
Campur tangan HRUM di Cockatoo sejatinya baru signifikan sejak Oktober 2013 lalu. HRUM, melalui anak usaha, Harum Energy Australia Pty Limited, memutuskan untuk ikut serta menyerap saham baru (equity raising) yang diterbitkan oleh Cockatoo.
Dalam equity raising itu, Cockatoo menerbitkan saham baru senilai total A$ 153 juta atau sekitar Rp 1,67 triliun. Saham baru tersebut diserap oleh tiga kelompok perusahaan. Saham baru Cockatoo senilai A$ 50 juta (Rp 543,31 miliar) diserap oleh SK Networks, Co., Ltd (SKN).
Cockatoo juga menerbitkan saham baru A$ 43 juta (Rp 470,68 miliar) kepada Noble Group Limited (Noble). Sementara saham baru senilai A$ 60 juta (Rp 656,77 miliar) diserap oleh HRUM dan dua investor institusional dengan komitmen masing-masing minimum A$ 20 juta.
Artinya, HRUM mesti merogoh kocek minimal sekitar Rp 218,92 miliar untuk menyerap saham baru Cockatoo. Keikutsertaan HRUM bakal mendongkrak kepemilikan sahamnya di pemilik empat konsesi tambang batubara di Australia tersebut. Sebelum equity raising, HRUM telah menguasai 4,1% saham Cockatoo.
Saham tersebut dibeli HRUM pada tanggal 27 November 2009 di harga A$ 0,36 per saham dengan total nilai A$ 15 juta. Seiring keikutsertaan dalam equity raising, kepemilikan saham HRUM di Cockatoo bakal bertambah menjadi 12%.
Di sisi lain, Cockatoo akan menggunakan dana hasil equity raising untuk keperluan yang produktif. Cockatoo menggunakan A$ 95 juta untuk membayar utang kepada Korea Exchange Bank Australia Limited (KEBA).
Pada perdagangan Selasa (17/6), harga HRUM ditutup naik 0,85% menjadi Rp 2.375 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News