kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WOOD merambah pasar ibu kota


Sabtu, 21 Oktober 2017 / 14:30 WIB
WOOD merambah pasar ibu kota


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai menggelar initial public offering (IPO) Juni 2017, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) langsung tancap gas. Berbekal perolehan dana hasil IPO sebesar Rp 325 miliar, emiten mebel asal Surabaya ini berniat memperluas pemasaran produknya hingga Jakarta. 

Berbagai strategi telah mereka siapkan, mulai pengembangan produk baru, menambah gudang, membuka cabang distribusi, dan masuk pasar ritel. “Sekarang, kami tengah mengembangkan produk flooring (lantai kayu) dan wooden blind (tirai kayu),” ungkap Wang Sutrisno, Direktur Keuangan WOOD, kepada Kontan.co.id baru-baru ini. 

WOOD akan menghasilkan kedua produk tersebut di pabriknya yang berlokasi di Lamongan dan Sidoarjo. Rencananya, pabrik Lamongan yang memproduksi lantai kayu dan pabrik Sidoarjo membuat tirai kayu. Targetnya, lantai kayu sudah bisa diproduksi akhir tahun. 

Untuk mempercepat distribusi, WOOD sedang membidik lokasi untuk membangun gudang baru. Kini, perseroan ini baru memiliki gudang seluas satu hektare di Sidoarjo. Ke depan, mereka akan mendirikan dua gudang anyar untuk menyasar wilayah Indonesia Barat dan Timur. 

Untuk kawasan Timur, gudang tambahan dibangun di Sidoarjo. “Untuk wilayah Barat di Jakarta, kami masih cari lokasinya,” imbuh Wang. 

Pemilik merek Thema ini juga tengah mencari lokasi untuk gerai baru. Setelah menguasai pasar Surabaya, WOOD berniat merambah pasar Ibu Kota. Toko yang menyasar segmen menengah dan atas ini rencananya berlokasi di pusat perbelanjaan. 

Lokasi pusat perbelanjaan tersebut berada di kawasan Jakarta Selatan, Bumi Serpong Damai (BSD), Bintaro dan Alam Sutera. Wang memperkirakan, penambahan toko baru itu akan terealisasi pada semester II-2018 nanti. 

Sebenarnya, selain merek Thema yang membidik pasar menengah atas, WOOD juga memiliki produk untuk segmen menengah bawah bernama Vittorio. Selama ini, produk tersebut dipasarkan dengan skema penitipan di beberapa toko mitra. 

Kelak, ujar Wang, khusus untuk Vittorio, perusahaannya akan mengembangkan sistem pemasaran produk itu dalam bentuk waralaba resmi. “Tahun ini, kami sedang siapkan konsepnya,” timpal dia. 

Di sisa tahun ini, WOOD fokus menyiapkan fasilitas pergudangan terlebih dahulu. Sebab, papar Wang, dengan pengembangan jaringan waralaba dan toko baru di Jakarta, WOOD butuh tambahan gudang dengan luas sekitar tiga hektare lagi. 

Selain memasarkan sendiri produknya, selama ini WOOD juga memasok mebel untuk beberapa toko besar. Salah satunya adalah IKEA. Peritel furnitur asal Swedia ini punya sejarah cukup penting dalam perjalanan bisnis mereka. 

Lihat saja, sekitar tahun 1990-an, hampir 90% produksi dialokasikan untuk IKEA. Tapi, seiring ekspansi yang WOOD lakukan, pasokan ke IKEA terus berkurang. Pada 2016 lalu, cuma 2,7% produk WOOD yang dipasok ke IKEA. 

Pasar ekspor 

Untuk ekspansi bisnis di luar negeri, perusahaan yang berdiri 1989 silam ini membidik pasar baru di kawasan Timur Tengah. Halim Rusli, Direktur Utama WOOD, menyatakan, perusahaannya mulai memasarkan produknya ke Dubai, Uni Emirat Arab. “Pasar itu mau kami garap, cuma perlu waktu. Kalau timing-nya bagus, kami jalan,” terangnya. 

Selama ini, mayoritas produksi WOOD memang untuk pasar ekspor. Dari pendapatan sebesar Rp 842,26 miliar selama semester I-2017, sumbangan ekspor mencapai 80%. Amerika Serikat (AS) menjadi tujuan utama ekspor WOOD, dengan porsi sebesar 50%, kemudian Eropa 17% dan China sekitar 11%–14%. 

Bagi Halim, AS merupakan pasar kunci yang tidak boleh WOOD lepaskan. Sebelum menggarap pasar dalam negeri, ternyata bisnis perusahaan ini bermula dari negeri uak Sam. Berawal dari menjajakan rak cakram padat (CD), akhirnya WOOD dikenal dengan produk tempat tidur dan funitur rakitan. Khusus untuk pasar AS, sebentar lagi WOOD akan meluncurkan marketing hub untuk memperlancar pemasaran di negara itu. 

Sejatinya, selain memproduksi dan menjual mebel, WOOD juga mengantongi pendapatan dari penjualan kayu. Mereka mengelola hutan industri di Kalimantan Timur. Anak usahanya, PT Nakata Rimba, memiliki konsesi 45 tahun dengan area seluas 41.450 hektare, dan PT Belayan River Timber mempunyai konsesi 55 tahun dengan area konsesi 97.500 hektare. 

Mengacu laporan keuangan per Juni 2017, kontribusi penjualan kayu mencapai Rp 51,76 miliar atau sekitar 6,12% dari total pendapatan WOOD sebesar Rp 846,24 miliar. Dibanding pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 79,09 miliar, sebenarnya pencapaian tahun ini merosot dalam, yakni turun 52,8%. 

Sampai akhir tahun ini, WOOD berharap bisa meraih pendapatan sesuai target, yakni Rp 1,7 triliun. Angka ini tumbuh sekitar 30% dibanding tahun lalu sebanyak Rp 1,3 triliun. Sementara laba bersih 2017 bisa mencapai Rp 181 miliar atau tumbuh 28,37% dibandingkan raihan 2016 lalu Rp 141 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×