kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor ritel mudah tergiur capital gain


Selasa, 27 September 2016 / 11:03 WIB
Investor ritel mudah tergiur capital gain


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Meskipun pemerintah gencar menerbitkan obligasi ritel, faktanya sebagian besar kepemilikan investor ritel telah beralih ke investor institusi. Hal tersebut terlihat dari data kepemilikan obligasi oleh investor individu.

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 23 September 2016 mencatat, kepemilikan investor individu pada surat berharga negara (SBN) yang dapat diperdagangkan (tradable) hanya Rp 47,43 triliun.

Angka tersebut jauh lebih rendah ketimbang total penerbitan SBN ritel tradable dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, yakni Rp 141,62 triliun.

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menuturkan, wajar apabila mayoritas SBN ritel digenggam oleh investor institusi. Investor individu bisa saja tergiur dengan keuntungan dari kenaikan harga (capital gain) yang sukuk negara ritel maupun obligasi negara ritel mereka beli.

Apalagi, permintaan di pasar sekunder dari investor institusi juga cukup besar. “Kalau ada investor yang butuh dana mendadak, mereka juga terpaksa menjualnya,” tutur Made.

Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management, berpendapat, ada beberapa faktor yang memicu investor melepaskan kepemilikan efek obligasi ritel. Pertama, harga obligasi yang tidak transparan.

Menurutnya, sulit bagi investor ritel menemukan harga surat utang ritel di pasar sekunder yang dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. “Untuk dapat akses harga dari Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) juga harus bayar. Ini kendala,” terangnya.

Kedua, sebagian investor ritel belum memahami tujuan investasi di pasar obligasi bagi manajemen finansial masing-masing. Menurut Anil, sering kali instrumen obligasi ritel dibandingkan dengan deposito perbankan.

Padahal kedua jenis investasi tersebut menawarkan risiko dan tujuan yang berbeda. Walhasil, dengan akses yang sulit disertai minimnya pengetahuan, mayoritas investor ritel menjual kepemilikannya kepada investor institusi. Mereka juga tergoda oleh tawaran imbal hasil yang lebih tinggi dalam waktu singkat.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×